Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, September 29, 2002

Menghindari Serangan Petir

Oleh Edi Warsidi
Dimuat di Pikiran Rakyat, 29 September 2002

AWAN-AWAN menghasilkan petir mengandung jumlah energi yang sebanding dengan sebuah pembangkit listrik berkapasitas sekira satu juta kilowatt! Petir bisa membunuh kira-kira 30 orang rata-rata setiap tahun di Jepang.
Petir diperkirakan menyambar bumi sebanyak 40.000 s.d. 50. 000 kali dalam waktu sehari. Namun sayang, manusia belum mampu membuat metode untuk memanfaatkan energi yang dilepaskan alam tersebut bagi kepentingannya. Hingga kini apa yang kita dapat perbuat ialah berusaha untuk tidak berada di alam terbuka pada waktu terjadi petir, serta sekadar menggali pengetahuan yang lebih mendalam tentang fenomena alam ini.
Pendapat umum sejak dahulu mengajarkan agar jika ada petir menyambar-nyambar, orang harus membuang benda-benda logam apa pun yang melekat pada tubuhnya dan berusaha mengenakan bahan insulasi seperti vinyl (plastik) dan karet kalau pada waktu itu yang bersangkutan berada di tempat terbuka. Ternyata tindakan demikian tidaklah dianggap memadai secara ilmiah. Berikut beberapa petunjuk mengelak dari serangan petir, hasil pengkajian yang dilakukan selama 10 tahun oleh Ichiro Katayama dari Departemen Enjinering, Universitas Saitama.

1. Petir lebih mudah menyambar benda yang menonjol pada permukaan, baik di dataran maupun di pegunungan. Sebagaimana listrik, petir selalu mencari ”bumi tempat mendarat” yang baik. Dalam hal ini, pohonlah yang menjadi sasarannya. Karena itu, disarankan agar manusia menjauhi benda-benda yang menonjol seperti pohon, serta berusahalah mengambil posisi rendah di tanah/permukaan.

2. Hal yang menarik petir bukanlah potongan logam seperti gesper sabuk/ban pinggang atau pena, melainkan keseluruhan postur tubuh. Namun demikian, lebih baik tidak mengenakan benda-benda logam seperti jepit rambut dan lain-lain dari bahu ke atas. Sebaliknya, logam kancing sleret (resleting) pada bagian belakang baju wanita dapat berlaku sebagai ”media penyalur petir” sehingga jumlah aliran yang mengaliri tubuh berkurang.

3. Selama terjadi petir, amat berbahaya jika orang berlindung di bawah pohon. Petir dapat menyambar pohon dan bidang sambaran listriknya dapat mengenai orang di dekat pohon. Jika memang terpaksa juga harus berlindung di bawah pohon, usahakanlah agar berdiri agak jauh dari batang pokok pohon.

4. Jalan terbaik untuk melindungi diri dari serangan petir ialah tinggal di dalam bangunan/rumah yang telah dilengkapi dengan konduktur/penangkal petir, atau di dalam kendaran seperti mobil atau kereta api yang terbungkus dengan bahan semikonduksif yang dilewati aliran petir tanpa mengganggu manusia.

5. Apabila terjadi petir, jangan berdiri bergerombol/berkelompok karena kemungkinan tersambar petir lebih besar pada kelompok orang. Lebih baik memencar!
Di Jepang, petir sering terjadi waktu musim panas. Petir muncul bersama dengan bunyi gemuruh guntur. Didorong rasa takut akan kekuatan alam yang maha besar itu, orang Jepang dahulu mengira bahwa petir terjadi ketika para dewa jahat sedang menggila memukul-mukul genderang. Dewa petir mereka disebut ”Raijin”.(Sumber: ”Pacific Friend”)***

Mengatasi 7 Masalah dalam Menyusui

Oleh Yuga Pramita
Dimuat di Pikiran Rakyat, 29 September 2002


"KEDUA buah dada ibu lebih pandai merangkai suatu campuran makanan yang sesuai bagi bayi apabila dibandingkan kedua belah tangan dan otak seorang profesor yang ahli dalam bidang ini."

BAHWA memberi ASI itu penting, nyaris semua mengetahuinya meski dalam prakteknya tidak semua wanita mampu melaksanakannya. Kasus-kasus gagal menyusui masih sering ditemui. Ibu-ibu muda --yang baru pertama kali punya anak-- kerap mengalaminya.
Akan tetapi, bisa menyusui pun bukan berarti tanpa masalah. Timbulnya lecet pada puting misalnya atau juga ketakutan buah dadanya cepat kendur. Lagi-lagi hal ini pun paling banyak dikeluhkan para ibu muda. Beberapa alternatif berikut insya Allah dapat menolong para ibu dari 7 masalah berkaitan dengan menyusui.
1. Ogah keluar
Tidak perlu tergesa-gesa memberi formula bayi jika air susu ogah keluar. Usahakan untuk tetap tenang sambil terus berupaya untuk menyusui bayi pada waktu-waktu tertentu. Perasaan cemas bisa menghambat produksi ASI sedangkan sikap tenang dan isapan bayi akan menstimulasi buah dada mengeluarkan ASI. Selain itu, sejak hamil ibu pun perlu melatih buah dadanya agar memiliki otot yang kuat dan sehat serta makan makanan bergizi. Pada saat demikian peran suami sangat penting artinya.
Beberapa bahan makanan yang diketahui juga memiliki efek positif dalam memperlancar ASI adalah daun katuk dan lobak segar. Makanlah bahan makanan tersebut sebagai sayur atau lalapan serta biji jagung tua yang disangrai dengan ketumbar.
2. Bengkak
Bengkak terjadi biasanya akibat air susu yang melimpah tidak keluar. Langkah yang sebaiknya dilakukan adalah hindari mengonsumsi obat-obatan yang memiliki efek mengurangi pengeluaran air susu atau melakukan pengikatan buah dada dengan kain sebab dapat menyebabkan air susu cepat mengering hingga tersumbatnya kelenjar. Latihlah bayi agar kuat menetek dengan cara meneteskan air susu ke dalam mulutnya. Jika bengkaknya keras, panas, sakit bila disentuh serta warnanya kemeraha, kompreslah buah dada dengan air hangat sambil dipijit dengan gerakan berputar.
Cara lain yaitu dengan menempelkan remasan daun kacang panjang yang telah dicampur sedikit air kapur sirih pada bagian yang bengkak --kecuali bagian puting. Bisa juga dengan menggunakan daun dadap serep atau daun tembelekan yang diremas atau ditumbuk halus,kemudian dilumurkan pada bagian buah dada yang sakit.
3. Puting lecet seperti terbelah
Cara menyusui yang salah dapat menyebabkan puting lecet, demikian pula bila sang anak terlalu hot menetek. Obati puting yang lecet dengan gentian violet 1%. Bisa juga dengan mengoleskan daun wortel yang telah dipanggang hingga kering, ditumbuk halus, lalu ditambahkan minyak zaitun secukupnya pada puting susu. Bagian luka yang mengeras dapat diolesi minyak kelapa hangat.
4. Terbelit kesibukan
Sebaiknya meneteki jangan diputus, sesibuk apa pun kegiatan ibu. Jika tidak mungkin membawa anak ke tempat kerja, memompa ASI yang telanjur diproduksi lalu membuangnya merupakan tindakan yang benar, meski akan lebih benar lagi seandainya ASI tersebut dimasukkan ke dalam botol steril dan dikirim segera ke rumah untuk diberikan pada sang bayi.
5. Bau amis dan berair
Menjaga kebersihan buah dada dan bra merupakan hal penting lainnya yang juga perlu diperhatikan. Untuk mengurangi efek bau amis, makanlah kunyit. Di samping itu, pijatlah buah dada secara memutar setelah meneteki agar air susu tidak menetes terus.
6. Air susu menetesi kuping dan pipi bayi
Air susu yang menetes ke kuping atau pipi bayi menyebabkan congekan dan koreng. Guna menghindarinya usahakan senantiasa menyusui dalam keadaan terjaga dan duduk sehingga tercecernya air susu dapat dihindari. Kulit yang koreng bisa ditanggulangi dengan lanolin. Meski demikian, supaya lebih aman segera konsultasikan hal ini ke dokter.
7. Takut kendur
Terkadang masih dijumpai juga anggapan negatif ihwal menyusui yang berpengaruh terhadap keindahan buah dada membuat kendur misalnya. Padahal tanpa menysui pun buah dada itu lama-lama bakal kendur juga. Akan tetapi, agar proses tersebut dapat diperlambat, usahakan tidak melepas buah dada begitu saja waktu meneteki, tahanlah dengan tangan, lakukan olah raga sehari 2 kali, terutama olah raga yang melatih otot dada, perut, dan punggung. Selain itu, memperbanyak konsumsi sayuran segar. Bisa juga dengan rajin meminum 60-100 gr jalar/sulur ketimun yang direbus dengan air secukupnya.
Resep tradisional lain yang disebut-sebut mampu mempertahankan kekencangan buah dada adalah mengurutnya dengan menggunakan minyak bulus; mengolesi dengan ramuan tumbuk halus 3 helai daun jarak, 2 buah pinang, 1 ibu jari jahe ditambah sedikit garam dan air. Mendiamkannya hingga kering, lalu dibilas air hangat, atau dengan mengoleskan sari kacang panjang hasil dari 10 batang kacang panjang yang telah bersih dan ditumbuk ke buah dada, didiamkan hingga kering lalu dibilas air hangat. ***

ASI Membuat Bayi Menjadi Pintar

Oleh Kabelan Kunia
(Penulis adalah Asisten Peneliti di PPAU Bioteknologi ITB, peminat masalah kesehatan masyarakat)
Dimuat di Pikiran Rakyat, 29 September 2002

BEBERAPA waktu lalu telah dicanangkan Pekan ASI sedunia. Semangat yang ingin dibagi dari peringatan ini sekurangnya adalah memberikan pemahaman akan pentingnya ASI untuk bayi guna mempersiapkan kehidupan yang akan menjelang.
Betapa tidak, ASI merupakan sumber makanan sekaligus minuman yang pertama dirasakan lidah manusia ketika diturunkan ke dunia fana. Bahkan hampir semua hewan mamalia di muka bumi ini menerima transfer makan dan minum dari induknya melalui penyusuan sebagai bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua kepada benih yang telah tersemai.
Sebagai sumber makanan dan minuman pertama manusia, logisnya ASI tidak hanya berperan sebagai sumber energi. Lebih dari itu ASI ternyata memiliki peran sebagai "tameng" yang memagari tubuh dari serangan kuman jahat penebar berbagai penyakit menakutkan pada minggu pertama kelahiran. ASI merupakan sumber makanan dengan gizi optimal dan ideal bagi perkembangan sistem pencernaan bayi sehingga ASI pun berfungsi sebagai zat tumbuh.
Oleh karena itu, bayi merangkak tumbuh dan berkembang. Lebih dari itu, ternyata ASI juga berperan sebagai zat "pintar" yang merangsang otak bayi untuk berkembang lebih baik. Jelasnya, ASI bukan saja membuat bayi jadi kenyang, namun mampu "menciptakan" bayi pintar dan dapat "membentuk" anak menjadi pribadi yang cerdas dan tangguh. Pertanyaannya, kenapa ASI dapat membuat anak menjadi pintar? Pintar dan cerdas senantiasa diasosiasikan dengan otak. Kita tahu otak adalah salah satu organ paling penting dalam tubuh manusia. Otak merupakan tempat berkumpulnya serta tempat diolahnya semua informasi yang didapat dari semua organ dan diterjemahkan dalam bahaya yang hanya dimengerti oleh tubuh itu sendiri. Intinya, untuk mendapatkan anak yang pintar dan ceras, orang tua harus dapat menjamin ketercukupan nutrisi dan gizi yang seimbang.
Dari berbagai riset, ternyata nutrisi dan gizi yang paling baik dan lengkap bagi pertumbuhan dan perkem bangan bayi adalah ASI yang diberikan sekurangnya 6 bulan pertama kelahirannya yang lebih dikenal dengan ASI eksklusif. Para ahli mengemukakan periode sejak terjadinya konsepsi hingga berusia setahun, pertumbuhan otak pada bayi sangat cepat yang dinamai periode lompatan pertumbuhan otak (brain growth sport).
Pada rentang periode ini neuron syaraf pada otak sangat peka dan sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Karenanya, pada periode ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan kecerdasan anak. Berbagai penelitian membuktikan, asam dokosaheksaenoat (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang terkandung dalam ASI menyebabkan anak menjadi lebih pintar dan cerdas. Kenapa DHA dan ARA yang mempengaruhi perkembangan otak? Ternyata di otak, DHA dan ARA inilah yang berperan penting sebagai penyambung fungsi antarsel-sel syaraf. Asam lemak esensial ini pada bayi membantu membangun membransel syaraf dan juga berperan penting terhadap fungsi membran pada photoreceptor yang ada di retina. Pada orang dewasa diperlukan untuk memelihara fungsi otak agak tetap normal.
DHA terbentuk dari proses sintesis biokimia dengan bahan asam alpha linoleat dan berasal dari grup Omega-3, sedang ARA disintesis dari bahan asam linoleat yang termasuk dalam grup Omega-6. Proses pembentukan DHA dan ARA dari precuter masing-masing dibantu oleh kerja enzim desaturase dan elongase yang terdapat pada sistem saraf pusat dan hati.
**
SESUNGGUHNYA, secara normal tubuh mampu menyediakan dan memproduksi DHA dan ARA ini selagi bahan baku berupa asam alfa linolenat dan asam linoleat cukup tersedia. Nah kedua bahan baku inilah yang mesti diimpor dari luar. Pasokan bahan baku ini didapat dari berbagai makanan yang mengandung asam alfa linolenat dan asam linoleat.
Meski DHA dan ARA berperan penting dalam perkembangan otak pada janin dan bayi, namun berdasarkan penelitian, ternyata asam lemak esensial yang dipasok melalui produk makanan berupa susu formula misalnya, belum memberikan hasil yang memuaskan dalam memperbaiki perkembangan otak. Bahkan lembaga Food and Drug Administration Amerika tidak merekomendasikan pemberian tambahan asam lemak tersebut untuk bayi.
Hal ini beralasan mengingat kemampuan manusia mensintesis asam lemak esensial, sehingga bila ditambah lagi dengan pasokan dari luar, maka dimungkinkan terjadi kelebihan asupan DHA dan ARA pada bayi. Sebagai akibatnya, bayi bukannya menjadi cerdas, justru pembentukan prostaglandin dan tromboksan di dalam tubuhnya menjadi terhambat. Kondisi ini menyebabkan kekurangan zat renin yang berfungsi mengontrol ginjal dan pendarahan yang sulit berhenti.
Sesungguhnya sumber DHA dan ARA yang terbaik dipasok melalui cairan plasenta janin saat masih dalam kandungan atau melalui ASI. Karenanya sangat dianjurkan bagi ibu hamil dan menyusui agar mengonsumsi aneka jenis ikan laut yang kaya akan unsur pembentuk asam lemak esensial tersebut.
Berbagai jenis ikan laut yang disarankan untuk dikonsumsi ibu antara lain ikan tuna, salmon, dan teri. Dapat juga mengonsumsi daging dan telur bebek yang mengandung bahan baku asam esensial yang cukup.
Karena manusia --dalam hal ini ibu dan bayinya-- telah diberi kemampuan oleh yang Mahakuasa untuk memproduksi sendiri asam lemak esensial ini, kewajiban kita hanyalah memasok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi zat pintar tersebut. Ibu diberi bahan baku berupa asam alfa linolenat dan asam linoleat, sedang bayi diberi hasil produksinya lewat saluran "resmi" berupa ASI. Para ahli menyarankan lebih baik ibu dijejali dengan konsumsi ikan laut yang kaya asam lemak esensial daripada memaksa kehendak dengan menggenjot konsumsi susu formula yang kaya DHA dan ARA ke dalam mulut bayi.
Demikianlah dari hasil berbagai penelitian diketahui, bayi yang memperoleh ASI dengan cukup cenderung memiliki kemampuan penglihatan dan memiliki kecerdasan yang lebih baik dibandingkan bayi yang hanya diberi makan susu formula meski mengandung kedua asam lemak esensial tersebut. Jadi, tidak cukup alasan bagi para ibu untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya, bilamana mengharapkan sang anak tumbuh dengan cerdas dan tangguh. ***

Sunday, September 22, 2002

Metode ”Assessment Center” : Solusi Promosi SDM tanpa Prasangka

Oleh Rahim Asyik
Dimuat di Pikiran Rakyat, 22 September 2002

HARTONO, sebutlah namanya demikian, staf bagian pemasaran di sebuah perusahaan otomotif besar. Karena kinerjanya yang bagus, Hartono dipromosikan menjadi kepala bagian di tempat yang sama. Secara teoritis Hartono harusnya mampu mengembangkan bagian itu. Tetapi apa yang terjadi? Produktivitas Hartono tiba-tiba merosot hanya dalam hitungan bulan. Alih-alih mengangkat korps bagiannya, ia malah ketiban mosi tidak percaya dari bawahannya yang dulu rekan sekerjanya. Mereka bahkan mulai mengungkit-ungkit pengangkatannya yang diduga berbau KKN.
Sebaliknya Purwanto —juga bukan nama sebenarnya— karyawan bagian administrasi sebuah BUMN ini dinilai malas oleh rekan-rekannya. Kinerjanya buruk. Tak heran, banyak yang bersyukur mendengar pemutasiannya. ”Purwanto dibuang,” demikian pikir rekan-rekannya. Tetapi apa yang terjadi? Karier dan kinerja Purwanto tiba-tiba melesat di tempatnya yang baru di bagian Humas (Public Relations) perusahaan itu. Rekan yang tadinya melecehkan, kini mulai angkat topi kepadanya.
Kedua kasus itu menunjukkan betapa tidak mudah sebetulnya memindahkan seseorang. Ada yang malah berkembang jadi produktif. Sebaliknya, ada yang justru nyungsep jadi destruktif. Pemimpin perusahaan — terutama yang belum memiliki budaya kerja profesional — kerap dihinggapi kesukaran yang sama. Siapa kandidat terbaik untuk suatu posisi, si A atau si B? Ke mana seseorang dipromosikan, ke tempat A atau ke tempat B?
Pertimbangannya apa? Nah, ini yang lebih sering membuat bingung. Nuansa yang sering muncul adalah perkara subjektif seperti suka tidak suka, sentimen, kedekatannya karena terikat relasi famili atau masuk dalam link-nya. Bisa juga karena pimpinan punya kesan si A lebih bisa bekerja sama dengannya ketimbang si B, atau karena pimpinan terpengaruh kemampuan melobi si A saja.
Semua pertimbangan itu jelas bersifat subjektif. Itu terjadi karena ukuran objektifnya sendiri sulit. Akan tetapi, sebetulnya ada semacam rangkaian tes untuk meminimalkan subjektivitas itu, bila perusahaan berencana menyeleksi, mempromosikan, memutasi, menempatkan, dan melatih seseorang untuk jabatan tertentu.
Tes itu kita kenal sebagai Metode Assessment Center (MAC) yang sudah lazim dipergunakan di luar negeri. Di Indonesia, sejumlah perusahaan besar mulai mempraktikkan MAC ini. Menurut Head of Center Assessment and Development Center (Kepala Pusat Pengembangan Potensi SDM) PT Pos Indonesia, Roosdar Dewi Y., MAC adalah sebuah sistem seleksi terintegrasi yang terdiri dari beragam teknik dengan pendekatan perilaku (termasuk simulasi, tes, dan wawancara), yang dirancang untuk meng-assess sejumlah keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan terpenting yang dibutuhkan seseorang agar sukses dalam suatu pekerjaan tertentu.
MAC ini memiliki validitas yang tinggi karena karakteristiknya dirancang berdasar suatu pekerjaan dengan spesifikasi sukses tertentu pada situasi organisasi dan lingkungan bisnis pada masa depan. Proses assessment dilakukan dalam ruang lingkup dimensi target.
”Setiap peserta diamati dan dievaluasi oleh sekurang-kurangnya tiga assessor (multi rater) secara independen dengan teknik tertentu seperti in-group exercises, group discussion, simulation of interviews with ‘subordinate’, ‘peer’, or ‘clients’, fact finding exercises, analysis/decision making problems, oral presentation exercise, dan written communication exercises. Hasilnya, akan tergambar performance, competency, job behaviour, dan potensi seorang kandidat dihubungkan dengan tuntutan jabatan yang akan diisinya. Sejauh ini, assessment center merupakan alat yang paling akurat untuk memprediksi kinerja SDM pada masa datang,” jelas Dewi.
Setiap orang yang akan di-assess, akan memakan tempo setidaknya satu bulan. Padahal, proses assesment center-nya sendiri cuma memakan waktu tiga hari. Di Pusat Pengembangan Potensi SDM (P3SDM) PT Pos misalnya, setiap peserta yang jumlahnya dibatasi enam orang itu diamati setidaknya di tiga ruangan: ruang penjelasan, ruang assessment, dan ruang pertemuan. Ruang assessment ini dirancang sedemikian rupa sehingga mirip kantor. Tapi jangan salah, di ruangan ini dan juga di ruang pertemuan, terpasang kamera dan alat perekam yang terkoneksi dengan televisi di ruang kontrol. Dengan demikian, setiap perilaku peserta selama 24 jam terpantau kamera.
Namun, kamera dan alat perekam itu sama sekali tidak rahasia. Sebelumnya, setiap peserta diberitahu tentang keberadaan kedua alat itu untuk menghindarkan terjadinya situasi tertekan. ”Demikian canggihnya alat ukur ini. Walaupun sudah diberi tahu, para peserta tak bisa bersandiwara dengan menunjukkan kinerjanya yang baik. Alat kami bisa mendeteksi itu, apalagi sebelumnya sudah dilakukan pre-assess 360 derajat yang dikumpulkan dari informasi dari atasan, bawahan, dan rekan sekerja,” tutur Dewi.
Menurut Direktur Sumber Daya Manusia PT Pos Indonesia (Persero), Widodo Dwi Tjahjono, sejauh ini alat tersebut sudah dicobakan kepada sekira 200 karyawan PT Pos, yakni untuk posisi Kepala Wilayah, Kepala Kantor Kelas 1, 2, dan 3, serta auditor. Hasilnya ternyata menggembirakan. Setiap yang lewat tes itu nantinya dilengkapi dengan rekomendasi tertentu, seperti sisi mana yang harus diperbaiki dari yang bersangkutan; kalau perlu penambahan pengetahuan, pelatihan apa pula yang harus diikuti.
Dengan metode ini, promosi karyawan tak lagi dihinggapi beragam prasangka. Sebaliknya, penempatan pegawai justru terdorong menjadi lebih objektif dan berkeadilan.
Sayangnya, biaya yang diperlukan untuk ikut tes alat canggih ini relatif mahal. Biaya termurahnya saja sekira Rp 5,6 juta/orang. Semakin tinggi jabatan dan posisi seseorang, biaya tes yang diperlukan akan lebih mahal lagi. Akan tetapi, bila dilihat dari investasi yang dikeluarkan untuk membangun tempat dan perangkat tes seperti itu, biayanya bisa dikatakan sangat murah. Bayangkan, PT Pos harus menginvestasikan dananya Rp 7 miliar untuk membangun P3SDM yang berdiri sejak tahun 2000 itu.
Satu-satunya kekurangan alat ini, tambah Widodo, karena masih belum mampu mengukur attitude seseorang. ”Tapi kita sedang mencari cara sehingga nantinya sisi attitude-nya dapat tersentuh juga,” tuturnya. Dengan kata lain, bisa saja dari aspek pekerjaannya seseorang itu unggul, tetapi tak menjamin apakah dia akan korupsi atau tidak.
Seandainya sisi ini pun sudah berhasil dibenahi, maka yang akan tercipta adalah manusia seutuhnya, yang dalam bahasa Ki Hajar Dewantoro yang memiliki aspek cipta, rasa, karsa, sehingga mampu berkarya dengan baik.***

Kamus SMS, Menghemat Huruf di Layar Ponsel

Oleh MR
Dimuat di Pikiran Rakyat, 22 September 2002

”...HiD, M$ULkeCrZ, LtsGt2gthr ASAP. ILU 4e. H&K. Milly...

PERNAH mendapat pesan singkat (SMS) dengan kalimat seperti di atas? Bagi sebagian pengguna telepon seluler (ponsel), mungkin pesan SMS menyerupai kalimat sandi seperti itu bukan hal aneh. Maksud pesan itu pun akan mudah dipahami. Khususnya bagi mereka yang sering menggunakan bahasa Inggris. Tapi, tentu saja akan lebih banyak lagi komunitas seluler yang masih belum mengerti apa maksud pesan tersebut.
Sejak diperkenalkannya layanan SMS di dunia seluler —terutama setelah pemberlakuan lintas operator— dalam tempo singkat SMS telah mampu menjadi fenomena tersendiri dalam perkembangan bisnis seluler. Tidak saja di Tanah Air, tapi juga secara internasional.
SMS (short message service) pun menjadi sesuatu yang sangat digandrungi, mulai dari kalangan ABG, mahasiswa, orang dewasa, politikus, ibu-ibu rumah tangga hingga kalangan eksekutif. Selain karena efektif, bisa dua arah, juga dari segi biaya relatif hemat.
Meski demikian, karena kapasitas huruf/karakter yang ditampilkan terbatas, SMS hanya efektif untuk menyampaikan pesan-pesan singkat. Untuk pesan-pesan panjang sehingga membutuhkan jumlah karakter yang lebih banyak, SMS pun menghadapi kendala. Namun, keterbatasan itu malah menggugah kreativitas dan inovasi dari para pengguna ponsel. Menyadari kemampun menulis dengan jumlah karakter terbatas, dibuatlah ”kamus SMS”.
Kamus SMS ini diadopsi dari bahasa Inggris karena memang ekspresi-ekspresi dalam bahasa Inggrislah yang selama ini digunakan dalam sarana komunikasi SMS ataupun chatting lewat internet yangbiasanya menggunakan campuran angka dan huruf. Misalnya untuk menyampaikan pesan ”selamat ulang tahun” yang terdiri dari 19 karakter (termasuk spasi), terlalu panjang jika harus ditulis seluruhnya.
Demikian juga jika ditulis dengan bahasa Inggris ”happy birthday to you”, jumlah karakternya jadi lebih banyak yakni 21 huruf. Maka, untuk lebih menyingkat, dalam pesan SMS cukup ditulis dengan ”hbtu” singkatan dari happy birthday to you. Biasanya, dalam praktik sehari-hari tidak cukup ditulis dengan hbtu, tapi cukup ditulis dengan :-0 hbtu 0-:.
Demikian pula untuk ungkapan-ungkapan lain, sudah memiliki padanannya sendiri. Misalnya untuk menyampaikan ungkapan sangat berharga, cukup ditulis dengan 2d4 yang merupakan singkatan dari to die for. Contoh lain, adalah kata ”selamanya” cukup ditulis dengan ”4e” (dari forever), ”secepat mungkin” ditulis dengan ”ASAP” dari as soon as possible, ”aku cinta kamu” ditulis dengan ”ILU” dari i love you.
Dengan menggunakan padanan yang tersedia, untuk menulis kalimat yang lebih panjang cukup dengan merangkaikan tiap-tiap frase atau anak kalimat yang tesedia. Dengan cara seperti itu, kalimat yang jadi ilustrasi awal tulisan ini, yakni ”...HiD, IM$ULkeCrZ, LtsGt2gthr ASAP. ILU 4e. H&K. Milly... akan dibaca menjadi Hi darling, i miss you like crazy, lets get together as soon as possible. I love you forever. Hugs and kisses. Milly... (Hai sayang, sku rindu kamu setengah mati, sku ingin segera bertemu. Aku cinta kamu, selamanya. Peluk cium. Milly).
**
BEBERAPA contoh dari kamus SMS bisa terlihat di bawah ini:
t work (Sedang kerja)
2bctnd = To be continued (Bersambung)
2g4u = Too good for you (Terlalu bagus untukmu)
2Ht2Hndl = Too hot to handle (Tak bisa dipegang)
2l8 = Too late (Terlambat)
4yeo = For your eyes only (Rahasia)
AAM = As a matter of fact (Sebenarnya)
AML = All my love (Seluruh cintaku)
ATB = All the best (Yang terbaik)
ATW = At the weekend (Di akhir pekan)
B4 = Before (Sebelum)
BBS = Be back soon (Segera kembali)
BF = Boy Friend (Pacar)
BMW = Be my wife (Maukah kau jadi istriku)
BTW = By the way (Ngomong-nomong)
Cm = Call me (Telepon aku)
Cu = See you (Sampai jumpa)
Cul = See you later (Sampai ketemu lagi)
Dk = Don’t know (Tak tahu)
Dur? = Do you remember (Kau ingat?)
EOL = End of lecture (Akhir perkuliahan)
F? = Friends (Kawan)
F2F = Face to face (Berhadapan)
F2T = Free to talk (Bebas Bicara)
FYI = For your information (Sebagai informasi)
GF = Girlfirend (Pacar)
Gr8 = Great (bagus)
GTSY = Glad to see you (Senang bertemu denganmu)
h2cus = Hope to see you soon (Kuharap kita akan segera bertemu lagi)
H8 = Hate (Benci)
HAGN = Have a good night (Selamat tidur)
HAND = Have a nice day (Selamat bersenang-senang)
HldMeCls = Hold me close (Peluk aku erat-erat)
IDK = I dont know (Aku tak tahu)
IMI = I mean it (Aku sungguh-sungguh)
IUSS = If you say so (Baiklah)
J4F = Just for fun (Sekadar bersenang-senang)
JstCllMe = Just call me (Telepon saja aku)
KC = Keep cool (jangan langsung marah) KHUF = know how you feel (aku mengerti perasaanmu)
KIT = Keep in touch (hubungi aku terus)
KOTC = Kiss on the cheek (Cium pipi)
KOTL = Kiss on the lips (Cium bibir)
L8r = Later (Nanti)
Masih banyak lagi istilah dalam bahasa Inggris yang disingkat, jika ditulis semua di sini tidak akan cukup.
**
DEMIKIAN pula halnya kamus SMS yang menggunakan bahasa Indonesia. Meski kurang begitu populer, tapi dalam beberapa hal, pengguna ponsel secara kreatif mampu menghasilkan singkatan-singkatan atau akronim dalam bahasa Indonesia yang menjadikan penulisan SMS-nya lebih efisien.
Misalnya, ”Selamat ulang tahun. Tapi maaf, saya akan datang ke hari ulang tahunmu agak telat. Cukup ditulis dengan, ”Met ultah. Tp maaf, sy kan dtg ke ultahmu agak tlt. ”Memang, hanya sedikit perbedaan jumlah karakternya, tapi cukup menghemat.
Nah, selain kamus SMS, dunia seluler juga ditandai inovasi dalam pengiriman icon atau isi pesan yang kian kreatif. Kalimat-kalimat yang dikirim menggambarkan suasana tertentu.
Ada yang lucu, romantis atau sekadar pesan iseng yang kadang membuat si penerima jengkel, geli atau terbahak-bahak. Misalnya, tiba-tiba saja di layar ponsel kita sudah muncul kalimat, ”Sekarang HP Anda tlh dilengkapi puzzle game. Untuk memainkannya sangat sederhana. Lempar HP Anda ke tembok dan susun kembali. Selamat bermain.” Tentu saja ini bukan pesan serius.
Atau bisa pula pesan seperti kalimat berikut, ”...>l!7VqJ3+ uVs3d V>Vq o63q 6uVJo VpV VWVW ‘VWVW...” Bagi yang tidak tahu, pasti dibuat pusing tujuh keliling oleh isi pesan seperti itu. Ilmu sandi secanggih apa pun tidak akan mampu memecahkan rahasia pesan yang tidak mengikuti pola tersebut. Tapi coba Anda balik tulisan ini 180 derajat dan baca sekali lagi kalimat tadi dengan suara mirip Shinchan, dijamin Anda akan dibuat tersipu. Apakah Anda termasuk orang yang disebut dalam pesan tadi? (dari m-web wireless).***

Impotensi, Disfungsi Ereksi atau Ejakulasi Dini? : Menyoal Ketidakmampuan Suami

Oleh dr. Dudu Hidayat
Dimuat di Pikiran Rakyat, 22 September 2002


DALAM suatu rumah tangga, hubungan intim suami istri bukan satu-satunya penentu kebahagiaan, namun tak dapat disangkal bahwa hal tersebut merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam rumah tangga. Adanya gangguan dalam hubungan tersebut akan memengaruhi keutuhan rumah tangga.
Masalah utama atau paling sering terjadi ialah impotensi. Beberapa definisi dikemukakan untuk impotensi ini, namun yang terpenting, hal tersebut berhubungan dengan ketidakmampuan suami untuk mencapai keadaan yang diinginkan dalam hubungan intim.
Kita mengenal tiga tipe penyebab impotensi yaitu:
- Libido kurang
- Susah tegak
- Cepat keluar
Ketiga gejala ini bisa berdiri sendiri bisa juga timbul bersama-sama. Rangkaian fisiologis dan biokimiawi yang berhubungan dengan ketiga gejala di atas sebetulnya sangat kompleks. Dimulai dari rangsangan erotik yang melibatkan hormon dan saraf yang merupakan rangkaian yang berhubungan dengan libido. Rangsangan erotik ini akan menyebabkan pelepasan NO di daerah dinding pembuluh darah penis. NO tersebut akan mengakibatkan enzim guanilat siklase sehingga akan meningkatkan kadar siklik guanisin monofosfat (cGMP) dan zat inilah yang dengan suatu rangkaian fisiologis tertentu akan menyebabkan ereksi.
Namun, bila cGMP tersebut terus meningkat dalam darah akan menyebabkan keadaan bahaya, yaitu penis akan ereksi terus (priapism). Untuk itu, di dalam darah ada suatu enzim lagi yang merubah cGMP menjadi zat yang tak dapat menimbulkan ereksi yaitu fosfodiesterase5 (PDE5). Tapi bila dalam darah terlalu banyak PDE5 ini, tentu akan mengganggu fungsi ereksi karena akan mengurangi cGMP sehingga tak bisa ereksi.
Mekanisme ereksinya sendiri juga terdiri dari beberapa fase (mekanisme) yaitu fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid), fase pengisian darah, fase tumesensi (pembesaran), lalu fase ereksi (tegak), dan sampai pada fase rigid (tegak dan keras). Sesudah itu terjadi lagi fase detumensensi (pelemasan kembali) akibat kontra rangsang dari saraf simpatik hormon adrenalin.
Begitu kompleksnya mekanisme yang menyebabkan ereksi dan kelebihan atau kekurangan suatu zat ataupun fungsi suatu organ dapat menyebabkan impotensi. Maka, sebetulnya impotensi merupakan suatu kasus penyakit yang luas. Belum lagi beberapa penyakit yang bisa memengaruhi seperti kencing manis, darah tinggi, dan gangguan psikologis.
Sebetulnya, istilah impotensi sudah kurang memadai, apalagi konotasinya sudah menyempit, yaitu hanya untuk yang benar-benar tidak bisa tegak sama sekali. Istilah baru yang lebih mengakomodasi masalah antara suami istri tersebut yaitu disfungsi ereksi (DE). Disfungsi atau DE ini bisa mencakup pengertian dari yang paling berat yaitu betul-betul tak bisa berdiri sampai pada DE relatif.
Contoh DE relatif, seorang suami yang sebetulnya normal tapi istrinya memerlukan waktu yang panjang untuk mencapai keadaan yang diinginkan, suami tersebut bisa jatuh pada DE relatif. Jadi, hal yang terpenting di sini masalahnya lebih luas yang tujuan utamanya mencapai keadaan yang diinginkan. Bagaimanapun, suami tidak boleh begitu saja melalaikan kewajibannya untuk menyenangkan istri. Suami-suami yang merasa cukup sehat tetap harus memperhatikan hal ini.
**
BEGITU pentingnya masalah ini, dunia medis terus-menerus melakukan penelitian sampai tingkat molekuler. Bahkan untuk menghindari banyaknya DE relatif, sekarang sedang diteliti mengenai obat untuk sensitivitas pada wanita sehingga para istri mempunyai waktu yang pendek untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
Di beberapa negara telah dibuat panel penanganan untuk penyakit DE ini, termasuk Indonesia yang dibuat tahun 1999 bersamaan dengan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan mengenai DE atas rekomendasi Depkes pada peluncuran salah satu obat DE sebagai salah satu persayratan agar dokter yang meresepkan obat itu harus mengikuti pendidikan tersebut.
Sebetulnya, panel penanganan hampir sama secara internasional. Indonesia sendiri dalam membuat panel tersebut lebih banyak mengambil acuan pada pedoman di Amerika (Process Care Model) dari The University of Medicine and Dentistry of New Jersey-Robert Wood Johnson Medical School, 1998 yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
PB IDI yang dibantu oleh organisasi spesialis yang terkait membuat panel ”Penanganan Disfungsi Ereksi” sebagai pedoman dalam menangani penyakti DE secara rasional. Di beberapa negara yang memperhatikan hal ini dibuat regulasi-regulasi yang memudahkan atau meringankan biaya untuk penanganan DE ini. Di Irlandia misalnya, pemerintah mengeluarkan subsidi bagi suami istri yang terkena musibah DE. Pernah pemerintahnya mengusulkan penurunan biaya subsidi ini, tapi ditolak oleh parlemen karena dianggap sangat penting. Alasan yang mendasari kepentingan negara adalah ketahanan suatu bangsa sangat ditentukan oleh keluarga yang bahagia. Keluarga yang tidak bahagia sulit menopang ketahanan bangsa.
Pada pedoman Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi dari IDI Tahun 1999 terdapat enam tahap perencanaan terapi yaitu:
Tahap I: Identifikasi DE. Konfirmasi adanya DE dan perlu tidaknya pemeriksaan khusus atau perlunya dilakukan rujukan.
Tahap II: Edukasi penderita beserta istri, terutama mengenai:
- Hasil tahap I.
- Penjelasan mengenai DE (faktor risiko, gaya hidup yang berpengaruh, dll.).
- Penjelasan mengenai pilihan diagnostik dan pengobatan yang tersedia.
- Harapan dan kemauan penderita setelah segala penjelasan dimengerti.
Tahap III: Mengubah faktor penyebab DE (bila ada), sebelum atau bersamaan dengan terapi lain:
- Penghentian atau penggantian obat-obatan yang diduga sebagai faktor penyebab.
- Perubahan gaya hidup, seperti perokok berat, alkoholisme atau obat-obatan.
- Terapi faktor penyebab penyakit, dari mulai tetapi psikologis sampai pada pembedahan untuk memperbaiki pembunuh darah.
Tahap IV: Terapi lini pertama: yang paling mudah.
Tahap V: Terapi lini kedua: sudah mulai invasif.
Tahap VI: Peostetis.
Follow up (evaluasi) dan komunikasi dari dokter dan pasien sangat penting serta kemitraan antardokter pasien merupakan usaha pertama dari tujuan pengobatan.
**
DI sisi lain, proses alamiah berupa penuaan (male aging) sering menjadi masalah bagi seseorang. Penuaan tidaklah sama pada semua orang. Dalam hal ketidakmampuan suami, sering disebabkan menurunnya hormon akibat penuaan fisiologis ataupun penuaan dini. Tentunya dalam hal ini bila hal tersebut menjadi masalah, sering diperlukan terapi hormonal atau suplemen yang menunjang hal tersebut.
Hal lain adalah ejakulasi dini (ED) yang dapat dianggap sebagai DE relatif karena kebanyakan bukan karena tak bisa tegak, tapi tak bisa dipertahankan sampai waktu yang diinginkan sehingga jatuh pada DE relatif.
Penyebab terbanyak ejakulasi dini (ED) diperkirakan akibat kurang pengetahuan suami pada malam pertama, suami tidak tahu harus bagaimana melakukannya. Yang dia tahu hanya insting melakukan hal tersebut kemudian selesai begitu saja. Istrinya juga biasanya kurang mengetahui hal tersebut. Dia tak merasakan sesuatu apa pun yang menyenangkan. Hal ini berlangsung terus sehingga istri sulit mendapat keadaan yang diinginkan. Ada yang lama-kelamaan bisa menjadi baik, terutama karena usaha antarkeduanya atau juga suami bisa secara alamiah menjadi lebih panjang durasinya.
Namun, kelihatannya yang menetap menjadi DE relatif jauh lebih banyak. Pada awal 1990-an, di Indonesia pernah diadakan kuesioner mengenai DE ini dan hasilnya kurang lebih 80% menderita DE relatif dengan berbagai tingkatan.
Sementara untuk ED, ada beberapa yang dapat tertolong oleh obat-obatan, tapi banyak pula yang sulit tertanggulangi. Pernah ada suatu cara yang telah dipakai sejak lama, yaitu suatu latihan yang dikembangkan oleh Nieman. Bila cara ini dijalankan dengan tekun, kemungkinan besar akan berhasil. Hanya saja sulit dilakukan dalam arti kata apakah mau melakukan dengan sabar.
Pada ”UK Managemen of Disfungsional Erection” disebutkan, DE merupakan suatu penyakit yang treatable (dapat ditanggulangi). Hanya saja, konotasi ”ditanggulangi” agak berbeda dengan ”sembuh”. Penderita DE —terutama di Indonesia— kebanyakan menginginkan kesembuhan total. Setelah terapi langsung sembuh tanpa harus melakukan apa-apa lagi.
Pada beberapa kasus memang ada yang bisa sembuh total, tapi kebanyakan DE merupakan penyakit kronis seperti darah tinggi atau kelebihan asam urat yang dapat dikatakan tidak dapat sembuh, tapi dapat ditanggulangi. Persepsi lain yang menyulitkan ialah mengenai cara-cara penanggulangan DE ini. Ada beberapa personal yang tidak bisa menerima cara-cara penanggulangan DE yang tersedia. Kendala lain yang cukup berat adalah mahalnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penanggulangan DE yang semuanya masih tergantung dolar.
Semua kendala di atas serta kurangnya pengetahuan akan membuat penderita DE kurang berminat memilih pengobatan medis secara rasional dan lebih memilih ke pengobatan alterlatif.***

Sunday, September 15, 2002

Etika Berponsel Sering Diabaikan : Negara Maju Jangan Jadikan Rujukan

Oleh Muhtar
Dimuat di Pikiran Rakyat, 15 September 2002

SUATU siang di sebuah ruang kuliah, seorang guru besar tampak serius memberi kuliah kepada mahasiswa program pascasarjana. Sebagai bagian dari masyarakat selular, rupanya sang profesor tak mau ketinggalan, melengkapi dirinya dengan pesawat telepon selular (ponsel). Sewaktu berceramah, pesawat ponselnya ia geletakkan di atas meja dalam posisi on. Tiba-tiba, ketika serius kuliah, pesawat ponselnya berdering. Sang profesor pun bergegas menuju meja dan meraih ponselnya. Kuliah terhenti. Sang profesor dengan santainya berbicara lewat ponselnya di hadapan mahasiswa S-2-nya. Mahasiswa yang sebagian adalah para dosen, dibuat bengong. Tidak berselang lama, ia tutup pembicaraan, kemudian kuliah dilanjutkan.
Tapi keseriusan dan kesakralan kuliah sudah terganggu. Tingkah sang porfesor sudah memecah konsentrasi para mahasiswanya. Konsentrasi kian buyar dan kesakralan kuliah S-2 jadi lenyap manakala pesawat ponsel sang profesor berdering untuk kedua kalinya. Seperti kejadian pertama, sang profesor seolah tanpa dosa dan maaf menghentikan ceramahnya, lalu ia angkat pesawat ponsel dan berbicara di hadapan mahasiswanya. Sebagian mahasiswa masih ada yang tetap bengong. Sebagian lagi tersenyum kecut, geleng-geleng kepala. Hal yang ekstrim malah ada mahasiswa yang meninggalkan ruangan kuliah.
**
KEJADIAN di atas bukanlah cerita fiktif, tapi peristiwa riil yang terjadi di sebuah perkuliahan S-2 perguruan tinggi negeri ternama di Bandung. Mungkin agak muskil, seorang guru besar yang mestinya identik dengan ketinggian ilmu dan kebijakan, termasuk bagaimana secara bijak dan etis menggunakan pesawat ponselnya, malah mempertontonkan satu sikap memalukan. Seorang mahasiswa saja yang melakukan pembicaraan lewat ponsel di tengah-tengah perkualiahan sudah dianggap mengganggu. Lantas bagaimana jika seorang dosen yang di depan puluhan mahasiswa melakukan kegiatan serupa?
Soal etika berkomunikasi lewat ponsel, kita tidak perlu menjadikan negara maju sebagai rujukan. Di dalam negeri sendiri, sejumlah perguruan tinggi secara tak tertulis sudah menetapkan aturan, selama perkuliahan berlangsung, peserta kuliah dilarang mengaktifkan pesawat telepon. Peserta kuliah berarti mencakup mahasiswa dan dosen yang memberi kuliah. Dalam kasus ”sang profesor”, kita tidak tahu apa yang jadi alasan sehingga ia melakukan perbuatan yang kurang etis. Apakah memang punya janji demikian penting? Atau ada pembicaraan proyek yang tak bisa dilepas sama sekali sehingga mengorbankan kewajibannya memberi kuliah? Atau memang ingin sekadar bergaya, ”Beginilah cara berponsel yang benar”.
Apa yang terjadi dengan sang profesor sebenarnya hanyalah salah satu kasus saja dalam dinamika kehidupan masyarakat selular di tanah air. Sejak diperkenalkan tujuh tahun silam, komunikasi selular memang telah menampakkan diri sebagai fenomena menarik, baik dari segi bisnis, revolusi teknologi, maupun perubahan pola gaya hidup masyarakat yang menyertainya. Bisa dikatakan, komunikasi selular telah mampu mengubah perilaku sehari-hari masyarakat Indonesia. Dari perilaku komunikasi yang statis dan kaku menjadi elastis dan mobile.
Dengan sifatnya yang mobile, ponsel menjadikan komunikasi ”tak terputus”, bisa berlangsung kapan saja, di mana saja, sepanjang masih dalam jangkauan jaringan operator. Sejumlah nilai tambah positif bisa didapat dari ponsel. Tak heran, jika perkembangan bisnis telepon selular di tanah berlangsung cepat. Setidaknya hal itu bisa terlihat dari sisi jumlah pengguna. Hanya dalam tempo tujuh tahun, jumlah pelanggan selular di Indonesia (hingga posisi Juni 2002) sudah mencapai 8,2 juta. Bandingkan dengan jumlah pelanggan telepon tetap (fixed phone) yang sudah puluhan tahun beroperasi, namun baru mencapai angka 7,1 juta SST (satuan sambungan telepon).
Sayangnya, perkembangan pesat dari sisi teknologi, bisnis, dan kemudahan masih belum diimbangi pemahaman dan kesadaran dari masyarakat bagaimana menggunakan ponsel secara benar, etis, tidak membahayakan diri dan orang lain, serta memberi banyak nilai tambah. Kita tidak menyebut seluruh komunitas ponsel di tanah air kurang paham atau tidak sadar tentang hal itu. Sangat mungkin, sebagian pengguna ponsel kita sudah tergolong educated. Tanpa mengabaikan kelompok tersebut, kita harus mengakui masih banyak ditemui sisi-sisi ketertinggalan dari sebagian komunitas selular tanah air.
Dari sisi fungsi, masyarakat selular kita lebih cenderung mementingkan fungsi gengsi, fungsi keindahan (lewat tampilan aksesori dan style), daripada fungsi substantif yakni sebagai alat komunikasi bergerak sesuai kebutuhannya. Dari segi bisnis, produsen ponsel benar-benar diuntungkan oleh perilaku pasar Indonesia yang cenderung sering gonta-ganti ponsel dan boros. Dari sisi ini, kita bisa melihat betapa masyarakat kita cenderung memainkan peran secara baik sebagai ”masyarakat konsumen” dengan resiko memboroskan devisa negara.
Di samping itu, sisi lain kelemahan komunitas ponsel kita adalah keengganan untuk membaca buku petunjuk yang disediakan oleh produsen ponsel. Akibatnya, banyak fitur-fitur atau layanan bernilai tambah tidak tergali dan terkuasa secara optimal. Termasuk juga di dalamnya keengganan untuk terus mengikuti perkembangan di seputar industri selular dan pernik-pernik yang terjadi di seputarnya. Padahal, jika sedikit rajin saja membaca butu petunjuk yang disediakan produsen, banyak informasi yang bisa kita serap dan menjadi bahan bermanfaat dalam melakukan aktivitas lewat pesawat ponsel kita.
Salah satunya adalah menyangkut etika atau atauran-aturan bagaimana seseorang sebaiknya menggunakan pesawat ponsel. Seperti dalam kasus profesor di ruang kuliah, kita masih sering menjumpai atau malah kita sendiri tanpa sadar melakukan pelanggaran-pelanggaran etika berponsel. Akibat diabaikannya etika berponsel, tidak saja banyak orang lain yang dirugikan, tetapi kita yang menggunakannya juga tidak mendapatkan nilai manfaat dan nilai tambah yang optimal.
**
BERKAITAN dengan ketentuan atau etika bertelepon, para pengguna ponsel sebaiknya memahami bahwa ada beberapa momen kejadian atau tempat yang menuntut kita tidak melakukan komunikasi lewat ponsel, sebut saja misalnya dalam ruang perkuliahan atau seminar. Di acara-acara demikian, di mana kekhidmatan dan konsentrasi amat dibutuhkan, alangkah baiknya pesawat ponsel dimatikan. Jika pun tidak dimatikan, sebisa mungkin nada panggil (ringtone) yang semula membisingkan diganti dengan getar saja. Namun jika pesawat ponsel diaktifkan, pemilik ponsel sebaiknya tidak melakukan pembicaraan di tengah-tengah berlangsungnya kuliah atau seminar. Jika terpaksa harus menjawab panggilan, sebaiknya keluar ruangan sehingga tidak mengganggu peserta lain. Dering ponsel saja sudah demikian mengganggu, apalagi pembicaraan yang dilakukan penggunanya.
Hal serupa berlaku di ruang rapat, tempat ibadah (seperti masjid, gereja, atau wihara), serta rumah sakit. Di tempat-tempat tersebut komunikasi lewat ponsel tidak dilarang, tapi sebisa mungkin dilakukan dengan beretika, tidak terlalu mempertontonkan diri atau dengan suara keras. Bahkan, di saat-saat khusus seperti shalat jumat di masjid atau kebaktian di gereja, sebaiknya ponsel dimatikan saja. Tujuannya tak lain agar konsentrasi kita selama melakukan ritual ibadah tidak terganggu sama sekali. Bagaimana pun, adanya panggilan dalam bentuk ”getaran” dan kita ketahui, sudah mengusik perhatian kita sehingga kekhusukan ibadah jelas jadi rusak.
Seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, berbicara santun lewat ponsel, tidak berteriak-teriak, atau banyak tingkah sehingga mengundang perhatian massa merupakan bagian dari salah satu etika berponsel. Termasuk juga kita dalam berkomunikasi lewat pesan singkat SMS (short message service). Baik saat mengirim maupun menerima SMS, sebaiknya kita melihat dulu siapa orang yang jadi lawan komunikasi kita. Terhadap orang tua atau atasan kita (bos), sangat tidak etis mengirim pesan SMS dengan bahasa singkat, slank, bergaya funky, atau kamus SMS. Misalnya untuk menyampaikan ucapan terima kasih, jangan gunakan ”thx” atau ”thank u” karena nilai rasanya kurang sopan. Sebaiknya tetap saja gunakan ”terima kasih”. Tidak efisien memang. Tapi, ada masanya efisiensi harus disingkirkan.
Hal yang juga tak boleh diabaikan adalah kebiasaan buruk pengguna ponsel selama mengemudi kendaraan, menumpang pesawat terbang, berada di ruang operasi, atau sekitar SPBU (stasiun pengisian bensin umum). Kita sering melakukan atau menyaksikan orang lain, tangan kanan memegang kemudi sementara tangan kiri menempelkan ponsel ke telinga. Perilaku demikian jelas-jelas sangat berbahaya, tidak saja bagi diri sendiri, tapi juga pengguna jalan lain. Di sejumlah negara Eropa, sudah ada undang-undang, berbicara lewat ponsel sambil mengemudi adalah dilarang, tapi di Indonesia aturannya masih belum ada.
Tidak adanya undang-undang dan aturan bukan berarti kita bebas melakukan apa saja secara tak beradab. Alangkah baiknya kita tetap memperhatikan etika dan aturan main yang seyogyanya dijadikan kesepakatan bersama demi kebaikan bersama pula. Memang akibat dari itu ada saat-saat kita harus kehilangan waktu karena tidak bisa berkomunikasi atau menjawab panggilan telepon. Tapi itulah konsekuensinya, meski ponsel memungkinkan kita bisa leluasa berkomunikasi secara mobile, namun tetap saja harus mengikuti aturan dan etika yang berlaku. Tulisan ini bukan sebagai sebuah gugatan. Hanya sekadar mengingatkan yang mudah-mudahan bisa memberi banyak manfaat. ***

Buah Pisang dan Manfaatnya bagi Kesehatan : Tambah Dikuliti, Semakin Seksi

Oleh Yuga Pramita
Dimuat di Pikiran Rakyat, 15 September 2002


ADA beragam alasan kenapa orang tega ”memperkosa” pisang, lantaran buahnya yang panjang melengkung dan sering dijadikan santapan penutup makan. Daunnya, selain kerap dipakai pincuk (bungkus) juga bisa menjelma sebagai payung —pilihan kepepet di saat hujan menghadang atau karena batangnya— yang di samping baik bagi tumbuh kembang lumbricus rubellus, dapat pula dimanfaatkan jadi rakit buat penyelamatan manakala banjir datang menjelang.
Bisa juga karena kelihaian lainnya yang amat di luar dugaan, yaitu pelengkap prosesi ritual budaya. Mulai perkawinan sampai kematian, dari sekadar susuguhan bagi Dewi Sri hingga persembahan buah Nyai Roro Kidul; ”penggembira” sebuah pentas kesenian —paling tidak— Kang Asep Sunandar Sunarya, dalang beken dari tatar Suanda, sering menancapkan wayang-wayangnya pada batang pisang saat pertunjukkan atau yang lebih dari itu.
Padahal, barangkali cukup semenel kalimat saja untuk dapat melukiskan kehebatannya ”tambah dikuliti semakin seksi”.

Sebagai obat
Dalam dunia kesehatan, keberadaan pisang rupanya mampu menyulut harapan. Tentang ini, tidak cuma diakui ilmuwan sekarang, bahkan sejak zaman baheula. Masyarakat Cina kuno menggunakan ekstrak akar pisang untuk mengobati penyakit kuning, sakit kepala hingga cacar air. Sementara di Filipina, daun pisang muda yang masih bergulung seperti payung, sering digunakan kaum wanitanya sebagai pelindung wajah dari sengatan matahari.
Untuk luka iris —karena tersayat atau lecet— bonggol pisang bisa dijadikan alternatif. Ambil bonggol yang telah dibersihkan secukupnya, tumbuk, dan tempelkan pada luka. Bagi atlet atau pekerja berat, dianjurkan mengonsumsi pisang dan segelas air kalau takut terkena kram otot. Buah ini diyakini bisa mencegah gangguan tersebut. Selain itu, kalau ingin memiliki kulit halus berseri, sering-sering mengonsumsi pisang ambon lumut.
Keandalannya dalam memulihkan gangguan ”isi perut” sudah dicoba pula. Jim Rose, salah seorang personel ”Circus Side Show” punya pengalaman menarik tentang itu, manakala ususnya terluka lantaran terlalu banyak ”makan” bohlam. Dengan mengonsumsi 20 buah pisang dan juice pisang, Rose bisa segera sehat kembali.
Bukti lain, berdasarkan uji klinik tahap awal, diketahui serbuk buah pisang klutuk mentah 3 kali sehari 1 bungkus (@ 5 gr), kemungkinan mempunyai manfaat klinik pada pengobatan gejala dispepsia dengan pengurangan gejala dalam skor sedang pada pengobatan selama 7 hari.
Namun, itu saja rupanya belum cukup, sebab buah pisang ternyata memiliki ”segudang” lagi manfaat, meski tidak selalu bermakna positif bagi setiap orang.

Pisang, hipertensi, serangan jantung, dan stroke.
Di sampinmg faktor lain, makanan bisa jadi pencetus terjadinya hipertensi. Selain merepotkan jantung, penderita penyakit ini juga berisiko terkena stroke. Pada hipertensi, tekanan aliran darah yang meninggi akan menaikkan pergeseran dengan dinding pembuluh darah. Kalau naiknya mendadak, bisa menyebabkan dinding pembuluh pecah. Andai pecahnya di pembuluh otak, dapat menyebabkan stroke.
Hasil analisis terhadap 33 kasus yang dilakukan para peneliti ”John Hopkins Medical Instition” di Baltimore menunjukkan, pada orang yang diberi suplemen potassium (paling sedikit 2,5 gr atau sebanding dengan 6 buah pisang) selama beberapa hari, mengalami penurunan tekanan sistolik lebih dari 3 poin dan diastolik mendekati 2 poin.
Dari penelitian lain, dengan tiga percobaan pada binatang terungkap juga, indikasi risiko stroke berakibat kematian berkaitan dengan rendahnya asupan potassium. Semakin tinggi kadar potassium dikonsumsi, semakin rendah risiko terkena serangan jantung dan stroke.
Mengingat kekayaannya akan mineral ini, terutama para manula, yang rentan dikenainya, dianjurkan mengonsumsi pisang paling tidak sebuah per hari.

Pisang dan stres.
Stres erat kaitannya dengan kondisi emosi yang situasinya dipengaruhi neurotransmiter otak. Meski faktor penyebab sebenarnya kompleks —karenanya diperlukan juga cara penanganan yang beragam— asupan makanan yang baik dapat menolong mengendalikannya. Serotonin diketahui merupakan unsur berpengaruh pada neurotransmiter.
Buah pisang ternyata mengandung serotonin, dengan demikian buah ini bisa dipakai untuk menangkal stres. Karena teksturnya lunak, mudah dicerna, dan memiliki kemampuan menetralkan asam (antacid), pisang juga sangat bermanfaat bagi penderita gangguan lambung, di antaranya penyakit maag yang biasa menyertai pengidap stres.

Pisang dan osteoporosis.
Osteoporosis bila tidak diantisipasi bisa berakibat fatal. Untuk menghindarinya, orang perlu mengonsumsi makanan tinggi kalsium. Akan tetapi itu saja kurang efektif bila proses penyerapan yang dilakukan tubuh kurang maksimal. Tubuh biasanya hanya mampu menyerap setengah dari kalsium yang dikonsumsi.
Agar kemampuan itu bisa ditingkatkan, orang perlu mengonsumsi makanan kaya oligoftruktosa. Sebab, jenis serat ini di antaranya juga banyak terdapat dalam pisang. Jika ingin mencegah osteoporosis, di samping perlu mengonsumsi makanan tinggi kalsium, makan pulalah pisang.

Pisang dan prebiotik.
Pisang juga rupanya merupakan salah satu makanan sumber prebiotik yang mampu membantu kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhan, menjadikan anak tahan dalam menghadapi demam, nyeri tenggorokan, dan diare. Prebiotik merupakan nutrisi yang sesuai bagi bakteri baik seperti bifidobacterium, eubacterium, dan lactobacillus, tapi tidak cocok bagi bakteri jahat semisal clostridium, shigella, dan veillonella.
Mungkin dengan perimbangan kemampuannya itulah, National Science Foundation di Filipina pernah membuat Bancon, suatu kombinasi pisang dan kelapa yang ditawarkan jadi salah satu alternatif solusi terhadap masalah kekurangan gizi yang biasa terjadi di kawasan Asia.

Bukan untuk neonatus.
Pisang bukan berarti aman bagi siapa saja. Buah ini tidak boleh diberikan kepada neonatus —bayi yang baru lahir hingga usia 4 minggu. Dari penelitian Hananto Wiryo, staf medis fungsional anak RSU Mataram, NTB (April 1987 hingga Maret 1988), diketahui, pemberian pisang pada neonatus bisa menyebabkan penyumbatan sauran pencernaan (PSP), dengan gejala muntah dan kembung (abdominal distention) yang disertai gejala lain, seperti bayi tampak kesakitan, menangis keras, nyeri tekan pada abdomen, dan kadang-kadang panas atau mencret. Dari telaahannya diketahui pula, angka kematian bayi karena PSP lebih tinggi daripada akibat tetanus noenatorum.***

Melati Gambir, Pengharum Teh dan Krim Bibir

Oleh Rani Kartika Utami
Dimuat di Pikiran Rakyat, 8 September 2002


WANGINYA sungguh asyik, bentuknya langsing dan cantik, dibutuhkan oleh pabrik teh dan kosmetik.

NAH, itulah dia bunga melati gambir. Jenis kembang yang satu ini termasuk langka, padahal untuk kebutuhan beberapa jenis industri, ia termasuk bahan baku yang sangat dibutuhkan.
Beberapa pabrik teh wangi di seputar Jawa Barat yang sudah memiliki merk cukup populer menceritakan bahwa setiap hari rata-rata mereka memerlukan sekira 4-6 ton melati gambir. Hanya saja, kebutuhan itu seringkali tak bisa terpenuhi sehingga demi penyesuaian, terpaksalah produksi tehnya diturunkan. Lalu, seperti apa sih peran melati gambir dalam proses pembuatan teh beraroma istimewa?
Dalam proses pembuatan teh harum, bunga segar melati gambir dicampur dengan teh hijau yang telah dilembabkan dengan sedikit air, selama kurang lebih 20 jam. Perbandingan antara teh hijau dengan bunga melati tidak selalu sama, tergantung dari selera konsumen teh wangi di masing-masing daerah. Hanya umumnya, perbandingan yang biasa dipakai adalah 1 : 1 sampai 5 : 1. Bunga yang sudah dicampur ini akan dipisahkan lagi setelah tehnya dikeringkan dan ”ketularan” aroma wangi melati. Tinggal diseduh, jadilah teh istimewa yang sedap sekali.
Bensil asetat, nah, ternyata zat inilah yang membuat melati gambir memiliki aroma yang sangat memikat. Saking wanginya, minyak atsiri kembang ini banyak digunakan dalam industri kosmetik. Ia juga memiliki peran penting dalam pengolahan parfum atau sebagai pewangi tambahan dalam produk-produk seperti bedak, lotion, dan bahkan krim bibir yang terdapat dalam lipstik.
Langka
Melati gambir atau jasminum officinale memiliki sosok yang berbeda dengan melati putih, meskipun keduanya satu famili (oleacege), bahkan juga satu genus, jasminum. Batangnya berkayu dengan percabangan cukup banyak, beruas-ruas dengan panjang antara 25-20 cm, dan memiliki diameter hingga 1 cm.
Seperti halnya melati putih, kembang ini juga berwarna putih bila sudah mekar. Hanya, agar aromanya tidak cepat menguap, sebaiknya bunga ini dipetik ketika masih kuncup, sesaat sebelum mekar. Bunga yang masih kuncup ini berukuran sangat mungil, dengan panjang hanya sekira 2 cm, dan berwarna merah gambir. Barangkali, karena warnanya yang merah itulah ia dijuluki melati gambir.
Tempat yang selama ini dikenal seagai sentra melati gambir adalah Pulau Jawa, tepatnya di Pekalongan, Purbalingga, Slawi, Batang, dan Banyumas. Di daerah lainnya agak sulit ditemui, sekaligus merupakan barang langka karena meski penggarapannya tidak terlalu sukar, entah mengapa, ia belum begitu banyak dibudidayakan.
Pembibitan
Berbeda dengan melati putih yang hanya bersedia hidup di dataran rendah hingga ketinggian 200 m dpl, melati gambir ini memiliki daerah penyebaran yang lebih luas lagi, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan setinggi 1.000 m.
Soal jenis tanah, sebenarnya kembang yang satu ini tidak terlalu rewel, asalkan jangan ditanam pada tanah yang banyak mengandung kerikil atau pada tanah liat. Yang pasti, tanah harus mempunyai sistem drainase yang baik. Satu hal yang juga harus dipenuhi, tempat tanamnya harus terbuka sehingga terkena sinar matahari penuh sepanjang hari.
Melati gambir bisa diperbanyak baik dengan stek, cangkok maupun rundukan (layering). Perbanyakan dengan cangkok dan layering lebih menjamin keberhasilan, sebab tanaman yang dipotong dari induknya sudah dibekali akar. Hanya saja, dengan stek akan dihasilkan bibit yang lebih banyak.
1. Menyetek
Siapkan kantong plastik (polybag) dengan ukuran 12 cm x 15 cm yang bagian bawahnya sudah dilubangi. Selanjutnya, lakukan penyetekan pada polybag tadi. Sedangkan batang kembang yang distek kira-kira berukuran sebesar pensil. Wadah stek ini kemudian ditempatkan di daerah yang teduh dan disiram secara rutin. Biarkan bibit itu hidup dan mengeluarkan tunas, baru nanti ditanam di kebun.
2. Mencangkok
Mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar kita tidak perlu melakukan penyiraman. Cabang yang kita pilih untuk dicangkok adalah yang sehat ukurannya dan sudah hampir sebesar pensil. Cabang itu lalu dikerok kulitnya hingga kambiumnya hilang. Panjang kerokan kurang lebih 5 cm. Selanjutnya luka tadi ditutup dengan tanah dan dibalut dengan plastik/sabut kelapa setelah lendirnya kering. Tunggu hingga 30-40 hari hingga akar cangkokan muncul. Selanjutnya, barulah dipotong untuk ditanam di kebun.
3. Layering
Layering adalah melengkungkan cabang tanaman ke bawah hingga menyentuh tanah, lalu diurug agar keluar akarnya. Untuk mempercepat pengakaran, bagian yang akan diurug dilukai terlebih dahulu kulitnya. Setelah akarnya keluar —kurang lebih 1 bulan lamanya— cabang lalu dipotong. Selanjutnya bibit itu bisa langsung ditanam di lokasi yang telah disediakan. Agar lebih praktis, sebaiknya layering dilakukan dalam polybag yang telah diisi tanah subur.
Penanaman
Memasuki proses penanaman, tanah tak perlu diolah seluruhnya, melainkan cukup dibuatkan lubang-lubang tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar curah hujan cukup tinggi dan sebaliknya, suhu udara tidak terlalu tinggi.
Lubang tanam tadi sudah harus dibuat dua minggu sebelum penanaman. Ukuran lubang tanam adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm dengan jarak tanam 80 cm x 150 cm.
Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 1 minggu supaya tanah bagian bawah cukup mendapatkan aerasi dan sinar matahari. Setelah itu, lubang ditutup kembali dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang, plus 1 kaleng minyak tanah untuk satu lubang. Biarkan keadaan ini selama 1 minggu. Lubang tanam yang sudah diurug digali lagi tepat di tengah-tengahnya, sekira 15 cm dalamnya. Selanjutnya, bibit ditanamkan.
Perawatan
Kebun harus dijaga kebersihannya dari rumput-rumput pengganggu. Demikian pula tanah di sekitar tanaman harus sering digemburkan. Selain itu, tanaman juga perlu dipupuk. Pemupukan pertama diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan dengan 1 sendok makan (sdm) urea. Pemupukan kedua diberikan pada umur 5 bulan dengan 1 sdm TSP dan 1 sdm KCl. Pemupukan berikutnya diberikan pada setiap awal dan akhir musim hujan. Dosisnya harus dinaikkan menjadi 1 sendok, 3 sendok, dan seterusnya, tergantung dari ukuran tanaman.
Melati gambir memiliki percabangan yang cukup panjang sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Pencukuran ini juga bermanfaat untuk merangsang pembuangan. Satu hal lagi, untuk melindungi tumbuhan dari serbuan ulat, semprotlah tanaman dengan pestisida kurang lebih dua kali dalam seminggu. Nah, kalau anda rajin menyiraminya dan melakukan perawatan ini dengan baik, tanpa banyak gembar-gembor, melati gambir pun akan segera bermunculan. ***

Sunday, September 08, 2002

Tips Melatih Otak agar Lebih Tajam

Oleh Man
Dimuat di Pikiran Rakyat, 8 September 2002

OTAK yang makin tajam tentunya diinginkan oleh setiap orang, seperti juga keinginan memiliki badan yang tetap ataupun makin sehat. Biasanya, agar tubuh tetap sehat salah satunya adalah melalui latihan gerak badan atau olah raga. Sedangkan agar otak makin tajam diperlukan juga latihan, dalam hal ini latihan gerak otak.
Kalangan dari Australia —seperti dikutip dari majalah Woman’s Day memberi 10 tips latihan agar otak anda makin tajam, yang di antaranya tak membiarkan otak diam tak bekerja. Misalnya, daripada diam bengong, lebih baik mengisi teka-teki silang (TTS).
Adapun kesepuluh tips tersebut adalah:
- Tarik napas selama 10 detik. Itu akan membuat otak dibanjiri oksigen, membantu Anda berpikir lebih cepat.
- Mengisi teka-teki silang (crosswords).
- Olah raga. Melalui olah raga, kimiawi perasaan-baik, endorphins, makin terpacu keluar, yang dapat membuat kepala kita tak penat (clearer head).
- Nonton sebuah film lewat televisi tanpa dibunyikan dan pahami apa yang dikatakan oleh para tokoh dalam film tersebut.
- Berlomba dengan teman untuk melihat siapa yang dapat mengingat paling banyak suatu katagori dari acara tersebut. Misalnya, berapa banyak bintang film wanita yang dapat Anda sebutkan dalam 60 detik?
- Biarkan pikiran Anda berkelana sebelum tidur. Gali peristiwa satu tahun dan ingat peristiwa-peristiwa tersebut sebanyak mungkin.
- Belajar membaca terbalik (upside down). Peneliti menemukan melakukan kegiatan normal dengan cara aneh, seperti membaca terbalik, akan membuat pikiran Anda makin tajam.
- Longgarkan pikiran secara kreatif. Pikirkan dua benda yang tak ada kaitannya, katakanlah kuku dan telur dan sangkut pautkan objek itu sebanyak dan sebisa mungkin.
- Berpikir akan gambar. Lihat sebuah benda dalam ruangan dan bayangkan melihat itu dari setiap sudut-pandang. Lalu gores sudut pandang-sudut pandang itu ke dalam gambar.
- Duduk tenang, tutup mata, dan dengar hanya satu suara. Suara itu mungkin saja bunyi derap langkah kaki yang lewat atau kokok ayam. Jangan hirau pada suara-suara yang lain. Itu akan menambah konsentrasi dan membantu Anda menyelesaikan tugas-tugas yang rumit lebih cepat. ***

Mengapa Anak Lebih Suka Meniru?

Oleh Anda Juanda
(Penulis adalah mahasiswa S-II Program Pascasarjana UPI Bandung)
Dimuat di Pikiran Rakyat, 8 September 2002

KITA wajib bersyukur kepada Allah swt. dengan rahmat-Nya yang tersebar di alam raya ini dan tak terhitung jumlahnya termasuk yang ada pada diri kita sebagai makhluk ciptaan-Nya yang berakal, berperasaan, dan memiliki sejumlah kemampuan serta kemuliaan bila dibandingkan makhluk lain seperti binatang.
Sejak manusia dilahirkan, telah aktif merespons segala sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungan. Kalau kita perhatikan, begitu bayi dilahirkan ia menangis dan bergerak, ini merupakan indikator bahwa bayi itu mampu merespons keadaan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya (perut ibu).
Respons ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, menurut Al-Qusi, ”Umur dua sampai lima tahun ditandai dengan kecenderungan untuk bergerak, bermain, dan melakukan percobaan terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Melalui permainan ia mendapat pengalaman, kepandaian, dan menjadi bertambah percaya kepada dirinya. Pada masa ini anak suka meniru, anak suka mengajukan pertanyaan yang kadang-kadang menunjukkan kehausannya kepada pengetahuan dan pengalaman.” (Aselly Ilyas 1998 : 56).
Begitu pun menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat (1976 : 130) ”Bahwa usia 3 dan 4 tahun anak telah memulai menanyakan kepada orang tuanya siapa Tuhan itu.” Keadaan anak pada usia ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menjurus pada masalah yang abstrak, berarti ia sudah mampu berkhayal (berfantasi) walaupun masih sangat sederhana. Kadang-kadang anak menghayalkan Tuhan seperti orang tuanya sendiri, penolong, penyayang, pelindung, dan sifat-sifat kemuliaan lainnya yang dilakukan orang tua kepadanya.
Pada usia ini dapat dikatakan anak sudah peka terhadap keadaan di sekitarnya, terutama anak-anak yang sehat, gerakannya sangat bergairah yang tercermin pada aktivitas motorik (berbuat). Contohnya gerak-gerik orang tua atau saudara-saudaranya bahkan tetangga sekitarnya selalu menjadi perhatiannya. Orang tua yang harmonis, intim, hidup bersih dan bersahaja, tekun, taat beribadah seperti salat, berdoa, berzikir, membaca kitab suci, dan segudang kebaikan (atau sebaliknya) yang dilakukan oleh orang tua, akan direspons oleh anak dan akan membekas, berpengaruh pada imajinasi dan hatinya lambat laun akan menirunya.
Perlu diingat oleh orang tua bahwa anak-anak bagaikan ”kaset” kosong. Anak mampu merekam keadaan di dalam dan di luar rumah. Di dalam rumah, orang tua mendidik, melatih dengan hati-hati, penuh dengan nilai tuntutan moral (akhlak). Jika di luar tidak menunjang, interaksi luar biasanya lebih kuat pengaruhnya.
Sekalipun anak itu belum mampu mengekspresikannya melalui kata-kata secara spontan, tetapi biasanya berdampak pada pendengaran, penglihatan, dan hati sanubari. Firman Allah swt. (Q.S. Al Muluk : 23) yang artinya, ”Dialah Allah yang menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati.” Dari ketiga hal ini apa yang didengar, dilihat, dan dirasakannya akan membekas pada hatinya terutama yang bersifat motorik. Sikap dan perbuatan orang tua dari mulai bangun tidur hingga larut malam menjadi agenda perhatian anak kita.
Kecakapan motorik yang perlu diterapkan kepada anak-anak kita adalah yang bersifat praktis karena hal ini akan mudah ditiru seperti melibatkan anak bagaimana cara menggosok gigi yang benar, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membawa anak ke tempat ibadah, mencium tangan orang tua ketika pergi atau pulang bepergian, dan sebagainya. ”Kebiasaan-kebiasaan dan latihan itulah yang membuat ia cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik (Zakiah Darajat 1979 : 78).
Berkaitan dengan hal ini, Prof. Dr. M.D. Dahlan (2001) dosen teori kepribadian UPI mengatakan., ”Bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di masa lampau akan berpengaruh terhadap kepribadian di masa yang akan datang.”
Sebenarnya kebiasaan anak suka bergerak dan bermain ini merupakan umpan yang baik (good feed back) bagi orang tua untuk mengarahkan dan mengembangkan bakatnya. Anak laki-laki lebih senang terhadap mainan yang bersifat menantang (challenging) seperti kuda-kudaan, mobil-mobilan, kereta-keretaan, dan kapal-kapalan. Anak perempuan kebanyakan menyukai mainan yang bersifat halus (soft toys) seperti, boneka, bunga, dan rumah-rumahan.
Sikap orang tua tinggal mengarahkan aktivitas motorik yang diragakan oleh oleh anak. Siapa tahu anak laki-laki menjadi teknisi dan anak perempuan menjadi ibu yang baik yang semuanya ini merupakan pemberian pengalaman kecakapan yang apabila terus dilatih, rasa sensitif anak akan tajam terhadap situasi di masa yang akan datang.
**
SURAT Al-Qusi menegaskan, anak suka mengajukan petanyaan-pertanyaan sebagai bukti menunjukkan kehalusannya terhadap pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan Prof. Dr. Zakiyah Darajat menjelaskan, adanya rasa ingin tahu pada diri anak tentang Tuhan.
Ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk menerangkan dengan kata-kata yang sederhana dan contoh-contoh yang konkret tentang kehidupan orang-orang saleh, cerita tentang binatang yang cerdik, dan pandai melalui dongeng-dongeng yang dapat menyentuh perasaan anak. Umpamanya cerita seekor burung ”hud” yang bisa melaporkan kepada Nabi Sulaiman as. tentang adanya Negeri Saba yang rajanya adalah Ratu Bilkis atau para pahlawan di negara kita seperti Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien. Ilustrasi ini dapat membangkitkan nilai moral pejuang laki-laki dan perempuan.
Di samping dijadikan metode pendekatan efektif (intuisi) juga audio visual seperti TV, cerita hayal dapat digunakan pula sebagai alat bantu membangkitkan gerak motorik. Misalnya ketika anak melihat acara anak-anak bernyanyi dan menari di TV.
Menurut Hidayati Yunisir (2002 : 55), ”Para ahli dari hasil pengamatannya, indera penglihatan 75% mampu menyerap dan memahami keadaan.” Keadaan anak-anak yang hidup di kota maupun di pedesaan kalau diperhatikan, setelah melihat acara anak-anak di TV, mereka cenderung ingin menirunya, baik gerakan mulut (oral), tangan, kaki maupun anggota badan yang lainnya.
Keterlambatan atau ketidaktahuan dan bahkan mengacuhkan gerak motorik dan hayali maupun pertanyaan yang diajukan anak kepada orang tuanya,akan mengakibatkan kelambanan daya kreatif.
Ada seorang ibu yang mengeluh dan merasa iri karena tingkah anaknya. Setelah menonton acara anak-anak di TV, anak-anak lain melakukan gerakan yang sama dengan lincah dan gesit tanpa kaku. Rasa kepenasarannya tercetus dengan nada bertanya, mengapa anak saya tidak seperti mereka? Pertanyaan ibu tersebut dijawab oleh Rogers, seorang penganut psikologi humanistik yang penuh harapan dan optimistik tentang manusia.
Ia yakin, dalam diri setiap orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif, kegagalan dalam mewujudkan potensi ini disebabkan oleh pengaruh latihan yang diberikan oleh orang tuanya (A. Supratiknya, 2001 : 125-126).
Nabi Muhammad saw. tidak ketinggalan dengan sabdanya, ”Tiap-tiap anak dilahirkan telah membawa potensi maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrhani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari). Pendapat Rogers dan kekasih Allah swt. ini memberikan petunjuk dominannya peran orang tua dalam memberdayakan potensi sebagai anugerah-Nya, namun kebanyakan manusia belum mengetahuinya.
Secara konvergensi seluruh potensi anak tidak begitu saja tumbuh dan berkembang jasmani dan rohaninya tanpa ada latihan edukatif. Latihan edukatif hanya diberikan kepada manusia atau (anak) karena pikiran, perasaan, kemauan, dan emosional dengan didikan yang tepat oleh orang tuanya akan memberikan pengaruh kepada kepribadiannya.
Proses pemberdayaan nilai-nilai moral dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sejak anak-anak akan direalisasikan dengan mudah tanpa merasa berat melakukannya.
Konsep pendidikan keluarga (informal), menurut Prof. Dr. Djudju Sudjana (2000), pendidikan yang didahulukan dalam keluarga adalah aspek afektif (sikap), kognitif (kecerdasan), dan keterampilan (skill). Pendidikan aspek afektif merupakan fondasi pendidikan yang esensial. Karena, jika aspek afektifnya kuat maka pesikomotoriknya akan dapat diandalkan terhadap sikap hidup berikutnya.
Karena itu, pemberdayaan aspek afektif harus didahulukan daripada aspek kognitif dan skill di lingkungan keluarga dengan cara memberi contoh kehidupan yang baik menurut tuntutan Illahi Rabbi dengan memohon doa agar anak menjadi anak yang saleh.
Doa untuk mendapatkan anak yang saleh sebagaimana diucapkan oleh Nabi Ibrahim as. (Q.S. Ash-Shofaat : 100). ”Rabbii hablii minashshaalihiin.” Artinya, ”Ya Tuhanku anugerahilah anak yang termasuk golongan orang-orang yang saleh.” Kegagalan pendidikan aspek afektif akan berdampak pada pendidikan berikutnya. ***

Banyak Makan Lele, Menyehatkan Jantung

Oleh Yuga Pramita
Dimuat di Pikiran Rakyat, 8 September 2002

JANTUNG merupakan perangkat pompa fisik yang berukuran kira-kira sekepalan tangan dengan berat sekira 300 gram. Untuk mempertahankan hidup, jantung harus berdenyut kurang lebih 40 juta kali setahun atau tidak kurang dari 109.589 kali per hari.
Siang dan malam, sejak lahir sampai mati. Tetapi, peralatan sebaik apapun, suatu saat bisa mengalami gangguan. Dalam hal jantung, dikenal istilah PJK (Penyakit Jantung Koroner) yang dewasa ini makin sering ditemukan dan semakin menakutkan. Sedemikian menakutkan sampai banyak orang menganggapnya seperti bunyi lonceng kematian. Anggapan tersebut bukan tanpa alasan, hasil studi di banyak negara maju menunjukkan, penyakit ini masuk katagori perenggut nyawa nomor wahid.
Penyempitan arteri koroner —berperan penting dalam memasok darah dan makanan bagi otot jantung yang merupakan pemicu utama, terjadi jika ada proses aterosklerosis akibat tingginya kadar trigliserida dan kholesterol dalam darah yang dipengaruhi oleh tingginya konsumsi lemak dan kolesterol dalam makanan, disamping serat dan faktor-faktor lain seperti olahraga dan stres.
Ciri yang umum dari penyakit ini adalah: nyeri dada (angina pectoris), nafas pendek, jantung berdebar-debar, serta terkadang seperti ada denyut tambahan ekstra yang lebih kuat dari biasanya.

Omega 3
Orang-orang Eskimo yang hidup di sebelah barat Greenland termasuk masyarakat tersehat di planet ini. Para peneliti menemukan, ternyata mereka memiliki tingkat kolesterol yang sangat rendah dalam darahnya hingga menjauhkannya dari kemungkinan terkena penyakit jantung.
Selama 25 tahun para peneliti mempelajari kebiasaan mereka meneliti dengan cermat makanan serta hal lain yang dianggap berhubungan dengannya. Ternyata rahasianya terletak pada ikan. Binatang inilah yang disimpulkan para peneliti mampu membuat mereka sehat.
Hasil penelitian prospektif di negeri Belanda oleh Kromhout dkk. mengungkapkan juga tingginya konsumsi ikan berkorelasi negatif dengan kematian karena penyakit jantung koroner.
Risiko Relatif (RR) Kematian karena Penyakit Jantung Koroner pada Konsumen Ikan
Konsumsi ikan RR kematian (g/hari) karena jantung koroner
0 1
1-14 0,64
15-29 0,56
30-144 0,36
Diolah dari data Kromhout et al, (1985) dalam Muhilal (1993).

Ikan merupakan sumber asam lemak omega 3, yaitu asam lemak dengan ikatan rangkap pada posisi karbon nomor 3 dari gugus metil atau disebut karbon posisi omega. Asam lemak ini merupakan precursor dari thrombaxiane A3 dan prostaglandin I3, zat yang sangat efektif untuk ganti agregasi keping-keping darah. Pencegahan agregasi keping-keping darah dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung.
Dari penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan, para peneliti menemukan pula manfaat lain dari asam lemak omega 3, yaitu menurunkan tekanan darah; membantu merawat kesehatan kulit, terutama dari ekzema dan dermatitis; serta berperan dalam pembentukan cerebral cortese otak.
Kekurangan asam lemak omega 3 pada hewan percobaan menunjukkan rendahnya penglihatan atau kecerdasan. Meski belum bisa menentukan jumlah omega 3 yang diperlukan untuk mengatur jantung supaya sehat secara efektif, para ahli menganjurkan 20-25% asam lemak esensial yang dikonsumsi berupa asam lemak omega 3. Untuk memenuhinya, mereka mengingatkan untuk tidak menggunakan suplemen minyak ikan secara rutin. Bahayanya antara lain, overdosis vitamin A dan vitamin D yang dapat menyebabkan keracunan dan juga perdarahan.
**
SEMUA jenis ikan mengandung omega 3, namun kadarnya berbeda-beda. Ikan yang kaya akan omega 3, antara lain: ikan lemuru, mackerel (sarden), salmon, tuna, dan kembung. Ikan-ikan tersebut hidupnya di perairan dingin dan dalam, sedangkan yang hidup di perairan panas (ikan daerah tropik), kadar lemaknya lebih rendah.
Tetapi, menurut Sediaoetama dalam ”Ilmu Gizi” jilid II, ikan besar di daerah perairan panas juga mengandung lemak lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil atau sedang di perairan yang sama. Ikan yang melakukan hibernasi —sepeti yang hidup di dalam lumpur pada saat kondisi air menjadi kering, akan menimbun lemak terlebih dulu sebelum melakukannya.
Salah satu ikan yang doyan melakukan hibernasi dan diketahui memiliki kadar lemak yang tinggi adalah lele. Itu sebabnya mengapa lele —apalagi yang besar, rasanya gurih. Disamping itu, kualitas proteinnya pun tergolong sempurna (protein lengkap), mengandung semua asam amino esensial yang sangat berguna untuk menjaga kesehatan tubuh.
Lele pemakan segala (omnivora), tergolong ke dalam phylum Chordata, klas Pisces, subklas Telestoi, ordo Ossariophyci, subordo Siluroidae, dan famili Claridae.
Di Indonesia, terdapat 6 jenis lele: Clarias Batrachus, Clarias Teysmanni, Clarias Melanoderma, Clarias Nieuhofi, Clarias Loiacanthus, dan Clarias Fuscus (lebih dikenal sebagai Lele Dumbo atau King Cat Fish).
Selain tahan di segala cuaca, pada kondisi ikan lain tidak sanggup hidup, keistimewaan lele juga terlihat dari kemampuannya berkembang biak dengan pesat. Sekali bertelur, 1.000-4.000 ekor berayak dihasilkan. Hal yang lebih penting dari itu, harganya pun tergolong murah.
Sebab omega 3 umumnya didapat dari plankton, dan plankton banyak terdapat di alam ketimbang di kolam, maka tentunya lele yang hidup di alam bebas lebih baik untuk kesehatan jantung ketimbang ”lele salon” yang hidupnya lebih tentram karena senantiasa digerojok pakan. Agar asam lemak tersebut bisa masuk tubuh secara maksimal, sajikan lele dengan cara tidak menggorengnya. Penggorengan dapat menyebabkan omega 3 larut di dalam minyaknya.***

Sunday, September 01, 2002

Bisakah Kedewasaan Dibentuk?

Oleh Ir. Meivi Patria Susyanti
Dimuat di Pikiran Rakyat, 1 September 2002

KEDEWASAAN dan kematangan seseorang menentukan banyak hal dengan cukup signifikan pada ucapan, perilaku, dan tindakannya. Kedewasaan bertindak mencerminkan seberapa besar perhatian dan penghormatan anggota keluarga, sahabat, dan masyarakat terhadapnya. Sayangnya, tidak ada parameter tertentu jika kita berbicara tentang kedewasaan. Kedewasaan sulit diraba, tapi dapat dirasakan.
Kedewasaan memang bukan sifat, ia cenderung berbentuk sebagai sikap, atau perilaku tindakan mahluk berwujud manusia. Seorang anak yang baru menginjak usia 17 tahun, misalnya, boleh saja memproklamirkan diri memasuki gerbang kedewasaan, atau merasa sudah dewasa. Hanya saja, kedewasaan tidak dapat dipandang dari satu aspek semata. Karena, jika kita berbicara mengenai kedewasaan, waktu 24 jam atau lebih —juga satu rim kertas, tidak akan cukup untuk memuatnya.
Secara parsial, ada sebagian pemikir atau analis, yang mencoba mendefinisikan kedewasaan secara gamblang dan vulgar. Bahwasannya, kedewasaan dengan dasar kata dewasa, berarti suatu keadaan (kondisi emosi) yang menunjukkan seorang manusia telah mampu membedakan ”kebenaran” dan ”kesalahan”, mampu mengakui kesalahan, ihlas dikritik, serta rela memberikan maaf.
Dengan batasan seperti itu, sepertinya kita sukar (mungkin tidak) menemui seorangpun yang mampu bersikap dewasa. Tetapi tidak berarti di bumi ini, tidak ada manusia yang bersikap dewasa. Artinya, kedewasaan itu bersifat fleksibel, dan sangat relatif. Pada satu sisi, seseorang mungkin sangat dewasa, sehingga terkesan matang, tenang, dan bijak. Sementara di sisi lain, orang tersebut sangat kekanak-kanakkan dan terlihat manja.
Dalam sebuah novel remaja disebutkan, hanya orang yang mampu bersikap dewasa dan berpikir matang, yang akan memenangkan suatu kompetisi. Dan, bukankah hidup ini layaknya sebuah kompetisi? Bukankah dunia ini tidak lebih dari lapangan sepakbola, dengan beragam kesebelasan yang bertanding? Bukankah kehidupan ini —menurut sebagian orang, sangat keras, menantang, dan mengerikan; tapi menurut sebagian orang lagi, kehidupan ini begitu indah, harmoni, dan menyenangkan?
Dengan demikian, kita dapat melihat secara serial, hubungan antara kedewasaan dan pikiran. Bahwa kedewasaan menentukan cara berpikir seseorang, dan buah pikiran merupakan ”cermin” kedewasaan orang tersebut. Sederhananya, berpikir yang baik, menentukan kadar kedewasaan yang terlihat dari implementasi sikap, dan tindakan yang kita lakukan.
**
MENYELAMI makna kedewasaan —yang kemudian berusaha diimplementasikan dalam ”riak” kehidupan, setidaknya ada tiga unsur pembentuk kedewasaan dalam bertindak yang harus kita pahami. Pertama, kebebasan. Maksudnya, seorang yang (merasa) dewasa, ”bebas” dalam melakukan segala tindakan, ”bebas” dalam mengambil keputusan, juga ”bebas” dalam menentukan sikap.
Seseorang yang dewasa akan bebas dalam berpikir, bebas menentukan pendamping, bebas menentukan pekerjaan, bebas memilih arah dan tujuan hidup, dll. Akan tetapi, arti ”kebebasan” di sini berada dalam koridor positif, membangun, dan aspiratif. Sehingga, seorang yang dewasa, seyogianya mampu mempergunakan ”kebebasannya” dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, tanpa menyinggung kepentingan dan kebebasan pihak lain.
Seorang yang mencuri, tidak dapat mendaulat dirinya ”dewasa” dengan dalih kebebasan. Justru perbuatan mencuri adalah bagian dari ketidak-dewasaan. ”Kebebasan yang dewasa” tidak pernah —bahkan tidak akan, memberi tempat bagi perbuatan negatif. Kenegatifan di sini bersifat uniersal. Dan kita tidak bisa seenaknya menyebut seseorang tidak dewasa. Karena kedewasaan selalu bertautan dengan kerelatifan pandangan.
Dengan mengoptimalkan kebebasan sebagai unsur kedewasaan bertindak, kita dituntut mampu membangkitkan hal-hal baik dan terpuji, menghadirkan peluang dan kesempatan, serta menggali potensi diri yang sebelumnya tidak terlihat. Kebebasan yang terkontrol, senantiasa mampu memberikan kepercayaan diri, memberikan keputusan atas keragu-raguan, serta melipat-gandakan keberanian dalam bertindak.
Kedua adalah kesederhanaan. Dengan kesederhanaan, seseorang diharapkan mampu bersikap tidak berlebihan, dan seadanya. Seseorang yang menganut paham kesederhanaan sebagai unsur kedewasaan bertindak, terlihat dari respon orang lain kepadanya. Sederhana di sini bersifat menyeluruh; sederhana dalam berbicara, sederhana dalam berpakaian, sederhana dalam berteman, sederhana dalam berangan-angan, dll.
Kesederhanaan jauh dari sifat ujub, riya, atau takabur. Orang yang sederhana senantiasa belajar menikmati ”apapun” yang didapatnya, dan belajar merasa puas dengan hasil yang diraihnya. Penganut kesederhanaan tidak pernah mengeluh, rendah diri, malu yang berlebihan, atau menyesal yang kebablasan. Maka dari itu, orang yang sederhana bukanlah orang yang biasa-biasa saja, tapi justru ”orang yang luar biasa”.
Pemahaman kesederhanaan ternyata berkaitan dengan relasi emosi secara langsung, ambisi, dan gairah. Karenanya, kesederhaan adalah mutlak. Karena ia mampu memberikan ketenangan jiwa, kepuasan, dan perasaan bahagia. Dan kita tidak bisa menerjemahkan kesederhanaan dengan satu sudut pandang semata. Karena kesederhanaan menjelajah dari masalah jasmani sampai rohani, dari persoalan duniawi sampai akhirat. Bahkan, seorang penyair dalam sebuah syairnya menyebut kesederhanaan sebagai suatu keindahan tanpa batas, yang tak bisa diugkapkan dengan kata-kata, atau dilukiskan pada selembar kanvas. Akan tetapi, kesederhanaan mampu menenteramkan sebuah negeri, mendamaikan perselisihan, dan menjadikan alunan musik pengamen jalanan menjadi sangat harmoni.
Unsur kedewasaan bertindak yang ketiga adalah adanya rasa tanggung jawab, sebagai konsekuensi dari kebebasan dan kesederhanaan bersikap. Bertanggung jawab di sini artinya mampu menjawab tantangan, menerima apa adanya, berani menanggung risiko, serta tidak mengabaikan hak-hak orang lain yang terkait dengannya. Berani bertanggung jawab adalah sebuah perbuatan yang mulia, dan hanya segelintir manusia yang bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan.
Dengan menjiwai ketiga unsur pembentuk ”kedewasaan” di atas, kita bisa menjadi idola, disenangi banyak pihak, dan tidak akan kehabisan teman. Kita menjadi panutan, baik di keluarga, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan budaya lainnya.
Memang benar, sifat dewasa cenderung ideal. Dan itu tidak mudah. Juga bukan berarti tidak mungkin. Untuk menjadi seorang yang dewasa dalam bersikap, tentunya memerlukan latihan keras, kontinyu, dan tak kenal lelah. Untuk itu, jangan mengalah sebelum bertanding! Mari kita mencoba bersikap dewasa dalam menghadapi setiap persoalan.***