Buah Pisang dan Manfaatnya bagi Kesehatan : Tambah Dikuliti, Semakin Seksi
Oleh Yuga Pramita
Dimuat di Pikiran Rakyat, 15 September 2002
ADA beragam alasan kenapa orang tega ”memperkosa” pisang, lantaran buahnya yang panjang melengkung dan sering dijadikan santapan penutup makan. Daunnya, selain kerap dipakai pincuk (bungkus) juga bisa menjelma sebagai payung —pilihan kepepet di saat hujan menghadang atau karena batangnya— yang di samping baik bagi tumbuh kembang lumbricus rubellus, dapat pula dimanfaatkan jadi rakit buat penyelamatan manakala banjir datang menjelang.
Bisa juga karena kelihaian lainnya yang amat di luar dugaan, yaitu pelengkap prosesi ritual budaya. Mulai perkawinan sampai kematian, dari sekadar susuguhan bagi Dewi Sri hingga persembahan buah Nyai Roro Kidul; ”penggembira” sebuah pentas kesenian —paling tidak— Kang Asep Sunandar Sunarya, dalang beken dari tatar Suanda, sering menancapkan wayang-wayangnya pada batang pisang saat pertunjukkan atau yang lebih dari itu.
Padahal, barangkali cukup semenel kalimat saja untuk dapat melukiskan kehebatannya ”tambah dikuliti semakin seksi”.
Sebagai obat
Dalam dunia kesehatan, keberadaan pisang rupanya mampu menyulut harapan. Tentang ini, tidak cuma diakui ilmuwan sekarang, bahkan sejak zaman baheula. Masyarakat Cina kuno menggunakan ekstrak akar pisang untuk mengobati penyakit kuning, sakit kepala hingga cacar air. Sementara di Filipina, daun pisang muda yang masih bergulung seperti payung, sering digunakan kaum wanitanya sebagai pelindung wajah dari sengatan matahari.
Untuk luka iris —karena tersayat atau lecet— bonggol pisang bisa dijadikan alternatif. Ambil bonggol yang telah dibersihkan secukupnya, tumbuk, dan tempelkan pada luka. Bagi atlet atau pekerja berat, dianjurkan mengonsumsi pisang dan segelas air kalau takut terkena kram otot. Buah ini diyakini bisa mencegah gangguan tersebut. Selain itu, kalau ingin memiliki kulit halus berseri, sering-sering mengonsumsi pisang ambon lumut.
Keandalannya dalam memulihkan gangguan ”isi perut” sudah dicoba pula. Jim Rose, salah seorang personel ”Circus Side Show” punya pengalaman menarik tentang itu, manakala ususnya terluka lantaran terlalu banyak ”makan” bohlam. Dengan mengonsumsi 20 buah pisang dan juice pisang, Rose bisa segera sehat kembali.
Bukti lain, berdasarkan uji klinik tahap awal, diketahui serbuk buah pisang klutuk mentah 3 kali sehari 1 bungkus (@ 5 gr), kemungkinan mempunyai manfaat klinik pada pengobatan gejala dispepsia dengan pengurangan gejala dalam skor sedang pada pengobatan selama 7 hari.
Namun, itu saja rupanya belum cukup, sebab buah pisang ternyata memiliki ”segudang” lagi manfaat, meski tidak selalu bermakna positif bagi setiap orang.
Pisang, hipertensi, serangan jantung, dan stroke.
Di sampinmg faktor lain, makanan bisa jadi pencetus terjadinya hipertensi. Selain merepotkan jantung, penderita penyakit ini juga berisiko terkena stroke. Pada hipertensi, tekanan aliran darah yang meninggi akan menaikkan pergeseran dengan dinding pembuluh darah. Kalau naiknya mendadak, bisa menyebabkan dinding pembuluh pecah. Andai pecahnya di pembuluh otak, dapat menyebabkan stroke.
Hasil analisis terhadap 33 kasus yang dilakukan para peneliti ”John Hopkins Medical Instition” di Baltimore menunjukkan, pada orang yang diberi suplemen potassium (paling sedikit 2,5 gr atau sebanding dengan 6 buah pisang) selama beberapa hari, mengalami penurunan tekanan sistolik lebih dari 3 poin dan diastolik mendekati 2 poin.
Dari penelitian lain, dengan tiga percobaan pada binatang terungkap juga, indikasi risiko stroke berakibat kematian berkaitan dengan rendahnya asupan potassium. Semakin tinggi kadar potassium dikonsumsi, semakin rendah risiko terkena serangan jantung dan stroke.
Mengingat kekayaannya akan mineral ini, terutama para manula, yang rentan dikenainya, dianjurkan mengonsumsi pisang paling tidak sebuah per hari.
Pisang dan stres.
Stres erat kaitannya dengan kondisi emosi yang situasinya dipengaruhi neurotransmiter otak. Meski faktor penyebab sebenarnya kompleks —karenanya diperlukan juga cara penanganan yang beragam— asupan makanan yang baik dapat menolong mengendalikannya. Serotonin diketahui merupakan unsur berpengaruh pada neurotransmiter.
Buah pisang ternyata mengandung serotonin, dengan demikian buah ini bisa dipakai untuk menangkal stres. Karena teksturnya lunak, mudah dicerna, dan memiliki kemampuan menetralkan asam (antacid), pisang juga sangat bermanfaat bagi penderita gangguan lambung, di antaranya penyakit maag yang biasa menyertai pengidap stres.
Pisang dan osteoporosis.
Osteoporosis bila tidak diantisipasi bisa berakibat fatal. Untuk menghindarinya, orang perlu mengonsumsi makanan tinggi kalsium. Akan tetapi itu saja kurang efektif bila proses penyerapan yang dilakukan tubuh kurang maksimal. Tubuh biasanya hanya mampu menyerap setengah dari kalsium yang dikonsumsi.
Agar kemampuan itu bisa ditingkatkan, orang perlu mengonsumsi makanan kaya oligoftruktosa. Sebab, jenis serat ini di antaranya juga banyak terdapat dalam pisang. Jika ingin mencegah osteoporosis, di samping perlu mengonsumsi makanan tinggi kalsium, makan pulalah pisang.
Pisang dan prebiotik.
Pisang juga rupanya merupakan salah satu makanan sumber prebiotik yang mampu membantu kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhan, menjadikan anak tahan dalam menghadapi demam, nyeri tenggorokan, dan diare. Prebiotik merupakan nutrisi yang sesuai bagi bakteri baik seperti bifidobacterium, eubacterium, dan lactobacillus, tapi tidak cocok bagi bakteri jahat semisal clostridium, shigella, dan veillonella.
Mungkin dengan perimbangan kemampuannya itulah, National Science Foundation di Filipina pernah membuat Bancon, suatu kombinasi pisang dan kelapa yang ditawarkan jadi salah satu alternatif solusi terhadap masalah kekurangan gizi yang biasa terjadi di kawasan Asia.
Bukan untuk neonatus.
Pisang bukan berarti aman bagi siapa saja. Buah ini tidak boleh diberikan kepada neonatus —bayi yang baru lahir hingga usia 4 minggu. Dari penelitian Hananto Wiryo, staf medis fungsional anak RSU Mataram, NTB (April 1987 hingga Maret 1988), diketahui, pemberian pisang pada neonatus bisa menyebabkan penyumbatan sauran pencernaan (PSP), dengan gejala muntah dan kembung (abdominal distention) yang disertai gejala lain, seperti bayi tampak kesakitan, menangis keras, nyeri tekan pada abdomen, dan kadang-kadang panas atau mencret. Dari telaahannya diketahui pula, angka kematian bayi karena PSP lebih tinggi daripada akibat tetanus noenatorum.***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home