Lidah Buaya Sebagai Obat dan Minuman Penyegar
Oleh Zul
Di Cina, yang dikenal sebagai salah satu negara maju di bidang obat tradisional, tanaman lidah buaya digolongkan kepada tanaman yang bermanfaat untuk obat dan kosmetik. Untuk membersihkan organ tubuh dari penyebab penyakit, dilakukan pengobatan tradisional dengan cara meminum cairan lidah buaya yang dikemas.
ORANG mengenal lidah buaya —dari dulu hingga sekarang— sebagai penyubur rambut dan bahan kosmetik. Tumbuhan berdaun panjang, tebal, berwarna hijau, dan di dalamnya terdapat semacam cairan serat bening ini, bagi masyarakat yang bisa memanfaatkannya akan menjadi komoditas menguntungkan lantaran dapat dikemas menjadi minuman penyegar.
Bagi masyarakat yang telah merasakan atau mencoba meminumnya, mengaku sangat kagum terhadap khasiatnya. Minuman lidah buaya ternyata segar, menyegarkan, dan nikmat. Selain nikmat dan segar, juga berkhasiat sebagai obat penurun panas.
Menurut Santosa, staf pengajar jurusan Budidaya Pertanian dan K. Darusman, Guru Besar Jurusan Kimia FMIPA, keduanya dari Institut Pertanian Bagor (IPB), pada pertemuan nasional pengembangan agribisnis lidah buaya di Pontianak belum lama ini, lidah buaya sebagai bahan obat alami telah dikenal sejak 1500 SM (Sebelum Masehi).
Berdasarkan dokumen Mesir (Ebers Papyrus Document), tertulis berbagai kegunaan lidah buaya sebagai bahan obat dan pengobatan. Demikian pula, hampir semua dokumen sejarah obat alami di berbagai negara antara lain Cina, Yunani, Spanyol, dan Arab, mengungkapkan mengenai keunggulan lidah buaya atau yang dikenal dalam bahasa asing aloe vera tersebut.
Menurut K. Darusman, aloe vera memiliki 180 spesies dan dipercaya berasal dari Afrika bagian utara, juga Afrika lainnya yang beriklim sama, tropis. Sementara Dirjen Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian DR. Sumarno mengatakan tanaman lidah buaya berasal dari kepulauan Canary di sebelah barat Afrika dan dikenal sebagai obat dan kosmetik.
Di Cina, yang dikenal sebagai salah satu negara maju di bidang obat tradisional, tanaman lidah buaya digolongkan kepada tanaman yang bermanfaat untuk obat dan kosmetik. Untuk membersihkan organ tubuh dari penyebab penyakit, dilakukan pengobatan tradisional dengan cara meminum cairan lidah buaya yang dikemas.
Untuk menjadikan cairan bening ini hingga menjadi bisa diminum dan berkhasiat sebagai penurun panas, dalam penanganannya memerlukan kekhususan. Di Kalbar, terutama di Pontianak, minuman penyegar ini banyak diperdagangakan di berbagai tempat termasuk untuk ”buah” tangan.
Sedangkan di Jawa Barat, pembudidayaannya ada di Desa Situgede Bogor. Menurut petani di sana, biaya pemeliharaan tanaman ini relatif murah karena cukup menggunakan pupuk kandang. Sedangkan hasil panennya mudah dipasarkan karena sudah ada penampungan yang siap membelinya.
Di Indonesia, tanaman lidah buaya diduga masuk sekira abad ke-17, yang pada mulanya hanya sebagai tanaman hias dalam pot dan penggunaannya hanya terbatas sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan merawat kulit. Sementara menurut hasil penelitian, kata Dirjen Holtikultura Deptan Dr. Sumarno, tanaman lidah buaya diketahui mempunyai banyak kegunaan seperti antiinflamasi, antijamur, antibakteri, dan regenesari sel, juga dapat berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes.
Manfaat yang beragam dari aloe vera ini tak lain adalah karena kandungan bahan aktif yang dimilikinya antara lain mineral K, Ca, Zn, Co, dan Cr; vitamin A, B6, B12, C, E, neacin, kolin, asam amino esensial dan non esensial dan polysakarida, saponin, lignin serta antrakinon.
Gel lidah buaya merupakan bagian dari daun lidah buaya yang terdapat di bagian dalam daun di bawah kulit, tidak berwarna, kenyal, bergetah, dan saling berikat berbentuk jaringan. Gel lidah buaya sebagian besar terdiri atas air 99,52 persen dan protein lima persen dari berat kering bahan padat serta mengandung karbon hidrat tercerna sehingga dapat digunakan sebagai minuman diet. Selain itu, lidah buaya juga baik sebagai obat luka, obat pencahar, untuk melebatkan dan menghitamkan rambut serta perlindungan kulit.
Dari segi lahan, pengembangan aloe vera cocok tumbuh di daerah bergambut. Kebetulan di Indonesia, daerah bergambut ini terdapat di Provinsi Kalbar. Daerah ini mempunyai lahan gambut lebih dari satu juta hektar terletak di tiga kabupaten yakni Kota Pontianak, Mempawah, dan Sambas.
Adanya paradigma lama yang mengatakan lahan gambut merupakan lahan yang marginal sehingga kurang produktif untuk berusaha tani, ternyata tidak benar, karena dengan teknologi budi daya tanaman dan pengalaman petani, ternyata lahan gambut memberikan produktivitas tinggi terhadap tanaman lidah buaya.
Dari analisis usaha tani, pada temu nasional agribisnis lidah buaya belum lama ini, diketahui bahwa tanaman lidah buaya memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Total investasi per hektare untuk penanaman biayanya Rp 17,5 juta. Dan dalam masa pemeliharaan dua tahun dapat menghasilkan Rp 72,5 juta dengan harga Rp 800,00 sampai Rp 1.000,00/kg.
Produksi rata-rata lidah buaya per tahun, menurut Wakil Gubernur Kalbar, mencapai delapan ton/ha/bulan dengan potensi panen sekali sebulan. Seminar nasional lidah buaya di Pontianak tersebut dibuka Mentan Bugaran Saragih saat berkunjung ke Pontianak, Kalbar belum lama ini. (/sumber: AS)***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home