Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, February 23, 2003

Kosmetik yang Membuat Cantik

Oleh Edwin

CANTIK bagi seorang wanita bisa berarti macam-macam, bergantung latar belakang budaya dan tradisi dan tergantung dari segi mana kita memandang. Ada cantik wajahnya, cantik hatinya atau cantik perilaku dan tutur bahasanya. Namun, cantik umumnya dikaitkan dengan cantik wajahnya. Dan, kecantikan wajah ini amat berkaitan dengan kosmetik. Apalagi, di era modern sekarang ini, kecantikan wajah bisa disulap oleh kosmetik.
Kata kosmetik berasal dari kata Yunani, kosmetikos yang artinya keterampilan berhias. Kosmetik yang sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun lalu, selain mempercantik juga melindungi kulit dari cuaca atau serangga (seperti dilakukan masyarakat Indian) atau tujuan keagamaan.
Penelitian arkeologi di Timur Tengah menemukan banyak salep wangi, pot wadah kosmetik, dan cermin logam yang mengilap. Diduga, sejak 4000 SM, masyarakat mesir kuno telah menggunakan kosmetik. Selain Mesir, masyarakat Yunani dan Romawi pun diduga telah meracik kosmetik dari tanaman, bahkan bubuk mineral.
Zaman itu wanita dianggap cantik bila memiliki mata yang besar dan tajam. Tak heran kebanyakan wanita Timur menghitamkan bulu mata, alis juga kelopak mata dengan kohl, yang terbuat dari jelaga, antimony (sejenis logam keputih-putihan), atau galena biji timah yang dipakai dengan terlebih dahulu ditumbuk dan diencerkan dengan air hingga menjadi pasta. Pewarnaan pun dilakukan pada rambut, kuku, bahkan telapak tangan dan kaki dengan inai. Konon, Cleopatra (69-30 SM) terkenal dalam seni pemakaian kohl pada kuku serta telapak kaki dan tangan.
Kulit yang putih dan kencang selalu menjadi idaman. Beraneka bedak putih, minyak khusus untuk campuran air mandi, hingga berbagai krim yang 90% berasal dari lemak hewan dan 10% balsam, digunakan oleh masyarakat Mesir. Pada 2500 SM, pemerah pipi dan bibir mulai dikenal. Adalah masyarakat Hittie yang mula-mula menggunakan merkuri sulfida yang berwarna merah tua sebagai pemulas pipi. Masyarakat Babilonia yang biasa merontokkan bulu-bulu halus dengan batu apung lebih memilih merah tuanya bubuk serangga cochineal untuk pemerah bibir.
Yunani tidak bisa dipisahkan dengan peran tabib Gale (abad II) yang banyak menyumbangkan pemikirannya pada perkembangan kosmetik. Namanya pun diistilahkan dalam istilah teknis krim dingin temuannya, creatum refrigerant galena. Krim campuran air, lilin lebih cair, dan minyak zaitun ini akan memberikan air dingin saat air menguap. Masyarakat Yunani sendiri cenderung mewarnai bibir dan pipi dengan batang merah tua dari tanaman akar inai.
Berbicara mengenai alis, wanita Cina dan Jepang kalangan atas memiliki kekhasan, membentuk alis seperti bulan sabit, atau batang willow yang bentuknya serupa pedang ramping melengkung. Khusus wanita Jepang, terkadang menyepuh bibir bawah dengan bubuk emas.
Kepedulian masyarakat dulu terhadap kosmetik untuk kecantikan tercermin dengan penemuan di makam masyarakat Etruscan berupa cermin dan kotak perhiasan perunggu.
Kesenangan menggunakan kosmetik tersebut pernah berlebihan. Masyarakat kekaisaran Romawi (27 SM-395), mendadak dibanjiri kosmetik saat Romawi menaklukkan wilayah Mediterania. Mereka ikut-ikutan memutihkan kulit dengan bubuk kapur atau timah putih, yang justru merusak kulit dan kesehatan atau memerahi bibir dan pipi dengan fucus (sejenis rumput laut yang beracun).
Poppaea Sabina, istri Kaisar Nero (54-68) yang mempertahankan kecantikannya dengan mandi susu tiap hari, memakai timah putih, mewarnai bibir, dan pipi dengan fucus, dan menggosok giginya dengan batu apung. Bahkan, ia mengecat garis biru serupa urat di bagian dada agar terlihat muda. Sayangnya kaisar Nero yang sadis itu tetap saja memerintahkan Sabina dibunuh. Ambruknya kekaisaran Romawi pada abad V pun ”menyapu” kosmetik dari Eropa.
Kosmetik kembali tersebar ke Eropa Barat pada abad pertengahan (1100-1500) saat pasukan perang salib kembali dari Timur Tengah dengan membawa oleh-oleh kosmetik Timur. Awal masa Renaissance (abad XIV-XVI), masyarakat Italia mempelopori perkembangan bahan kecantikan berupa lotion, krim, bedak, atau pasta. Sementara itu, Prancis (abad XVII) menjadi pusat kemajuan produksi kosmetik.
Inggris pun tak mau ketinggalan dalam hal kosmetik. Kosmetik yang mulanya hanya untuk kalangan atas pada abad XVIII telah umum digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun, semangat merias diri, bahkan menghalalkan penggunaan racun, pernah berakibat fatal.
Di Italia, kurang lebih 600 suami meninggal karena secara tak sengaja menelan racun pada kosmetik pemutih kulit istri mereka yang mengandung arsenic.
Peningkatan penggunaan kosmetik terjadi di pertengahan abad XIX. Produk baru kemasan praktis, seperti bedak padat dan sticks, mendongkrak tingkat penjualan. Bahan-bahannya pun dipilih yang benar-benar aman bagi pemakainya.
Tak sedikit pula yang memanfaatkan bahan-bahan alamiah sebagaimana yang dilakukan nenek moyang dulu. Kini kosmetik menjadi industri besar karena kosmetik juga dikonsumsi oleh pria tanpa kecuali jenisnya. (Sumber: Pikiran Rakyat)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home