Bawang Putih untuk Pengobatan Tradisional
Oleh Meitasari
BAWANG putih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Di samping kegunaannya sebagai bumbu dapur yang dapat melezatkan makanan, ternyata umbi lapis bawang putih memiliki khasiat medik yang cukup besar dalam pengobatan tradisional.
Bawang putih memiliki bau khas aromatik yang tajam; rasa agak pedas yang lama-kelamaan dapat menimbulkan rasa agak tebal di bibir, serta memiliki warna penampakan putih kekuningan. Umbi lapis bawang putih merupakan umbi majemuk berbentuk hampir bundar yang memiliki garis tengah 4-6 cm. Umbi tersebut biasanya terdiri atas 8-20 siung bawang putih yang seluruhnya diliputi oleh tiga sampai lima selaput tipis seperti kertas berwarna putih, umumnya tiap siung diselubungi oleh dua selaput seperti kertas. Selaput luar berwarna agak putih dan agak longgar sedangkan selaput dalamnya menempel dan memiliki penampakan yang transparan.
Umbi lapis bawang putih memiliki efek farmakologi yang bermacam-macam. Yang pertama, berindikasi dalam pengobatan hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia. Bawang putih segar, sari bawang putih, ekstra bawang putih maupun minyak atsiri dapat menurunkan kolesterol dan lemak plasma. Penelitian secara in-vitro pada hepatosit tikus dan sel HepG2 manusia menunjukkan ekstrak cair Allii sativi bulbus (umbi lapis bawang putih) dapat menghambat biosintesis kolesterol dalam suatu pemberian dosis tertentu.
Efek antihiperkolesterolenia dan anti hiperlipidemia telah diteliti dengan menggunakan beragam bintang percobaan (tikus, kelinci, ayam, babi) setelah pemberian secara oral (mulut) pada makanannya atau intragastic dari berbagai bentuk Allii sativi bulbus (ekstrak bawang putih dan minyak esensial).
Pemberian secara oral dari Alliicin terhadap tikus selama periode dua bulan dapat menurunkan kadar lemak total dari serum dan hati, fosfolipid, trigliserida, dan kolesterol total. Mekanisme aktivitas anti hiperkolesterolenia dan hiperlipidemia dari Allii sativi bulbus menunjukkan terlibatnya penghambatan dari hepatic-hydroxy-methylglutaryl-CoA(HMG-CoA) reduktase, dan penyusunan kembali dari plasma lipoprotein dan membran sel.
Pada konsentrasi rendah (0,5 mg/ml), ekstrak Allii sativi bulbus menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase hati, akan tetapi pada konsentrasi tinggi (>0,5 mg/ml) biosintesis kolesterol akan dihambat dalam tahap lanjut pada jalur biosintesisnya. Harus dicatat bahwa ekstrak cair Allii sativi bulbus memiliki kemungkinan tidak mengandung salah satu dari kandungan Alliciin atau Ajoene, untuk itu konstituen dari Allii sativi bulbus seperti asam nikotinat dan adenosin (yang juga menghambat aktivitas HMG-CoA redaktur dan biosintesis kolesterol), harus diikutsertakan.
Indikasi kedua yaitu dapat digunakan dalam pengobatan hipertensi ringan. Aktivitas anti hipertensi dari Allii sativi bulbus telah dibuktikan secara in-vivo. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pemberian secara oral dari Allii sativi bulbus dapat menurunkan tekanan darah pada anjing, marmut, kelinci, dan tikus. Obat tersebut dapat memperlihatkan penurunan resitensi vaskuler dengan langsung merelaksasi otot polos.
Obat tersebut juga memperlihatkan perubahan fungsi fisik potensial membran dari sel vaskuler otot polos. Sediaan bawang putih serta ajoene membuat hiperpolarisasi membran dalam sel pada jalur pembuluh. Kandungan yang menghasilkan aktivitas hipotensi dari obat tidak diketahui secara pasti.
Dalam hal ini allicin tidak menunjukkan keterlibatannya. Adenosin berperan dalam melebarkan peripheral pembuluh darah, membuat penurunan tekanan darah, dan juga terlibat dalam regulasi aliran darah pada arteri koroner. Akan tetapi bagaimanapun juga adenosin tidaklah aktif ketika diberikan secara oral. Allii sativi bulbus dapat meningkatkan produksi nitrogen oksida yang memiliki keterkaitan dengan penurunan tekanan darah.
Indikasi yang ketiga dari Allii sativi bulbus adalah untuk pengobatan diabetes melitus ringan. Efek hipoglikemia dari Allii sativi bulbus telah dibuktikan secara in-vivo. Pemberian secara oral dari sedian ekstrak Allii sativi bulbus berair ataupun minyak esensial dari bawang putih dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus dan kelinci. Pada satu penelitian, pemberian secara oral Allii sativi bulbus pada makanan tikus normal atau terkena diabetik-streptozotocin, dapat mengurangi hiperpagia dan polidipsia akan tetapi tidak memiliki efek pada hiperglikemia atau hipoinsulinemia.
Sementara itu, pemberian kepada tikus yang terkena diabetic-alloxan dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan produksi insulin. Aktivitas hipoglikemia dari ekstrak Allii sativi bulbus menunjukkan peningkatan produksi insulin, dan allicin telah menunjukkan melindungi insulin dari ketidakaktifan.
Allii sativi bulbus kontradiksi dengan pasien yang menderita alergi terhadapnya. Akan tetapi, tingkat keamanan Allii sativi bulbus dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat ditunjukkan dengan luasnya penggunaan Allii sativi bulbus dalam pembuatan makanan sehari-hari. Pengonsumsi dalam jumlah yang besar akan meningkatkan risiko pendarahan pascaoperasi. Efek tidak diinginkan yang dapat timbul dari pengonsumsian Allii sativi bulbus adalah alergi dalam bentuk kontak dermatitis dan serangan asma. Bagi pasien yang sedang menjalani terapi warfarin, harus diperingatkan bahwa tambahan Allii sativi bulbus akan meningkatkan waktu pendarahan dua kali lebih lama dibandingkan dengan waktu pendarahan normal.
Dari ketiga indikasi serta efek farmakologi yang ditimbulkan oleh Allii sativi bulbus, dapatlah dikatakan bahwa tumbuhan ini memiliki khasiat medik yang sangat besar dalam penyembuhan berbagai macam penyakit secara tradisional. Penggunaan serta dosis yang tepat dapat menyembuhkan dan mencegah kita dari berbagai macam penyakit yang membahayakan tanpa risiko yang besar. Jika dibandingkan dengan pengobatan modern, jelas penggunaan tumbuhan obat tradisional semacam ini dapat dijadikan alternatif termudah dan termurah dalam pengobatan berbagai macam penyakit. (Sumber: Pikiran Rakyat)***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home