Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, February 02, 2003

Jangan Bangun WC di Belakang Rumah

Oleh Sun

PERTUMBUHAN penduduk Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti di Bandung, Jakarta, dan Surabaya, memaksa pemerintah menyediakan perumahan yang terjangkau dari sisi harga serta dapat memenuhi kebutuhan perumahan yang semakin besar. Hasilnya, muncul perumahan tipe rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS).

RUMAH tersebut biasanya memiliki luas tanah antara 60 s.d. 90 m2, dengan tipe bangunan T 15 s.d. T 36, dengan lebar tanah hanya 5 atau 6 meter. Rumah jenis ini biasanya hanya memiliki satu kamar tidur, satu kamar tamu, dan dapur. Ciri khas lainnya adalah rumah yang satu dengan yang lainnya saling berdempetan.
Bagi keluarga yang memiliki dua anak, rumah hanya dengan satu kamar tidur menjadi sangat tidak memadai, apalagi bila anak-anaknya sudah menginjak remaja. Hal ini mendorong pemilik rumah untuk memperluas bangunan rumahnya. Perluasan rumah ini tidak jarang hanya menyisakan sedikit ruang terbuka di depan rumah karena harus menyediakan banyak kamar untuk anggota keluarganya.
Perluasan rumah di perumahan memiliki ciri yang demikian. Sebagai hasilnya, rumah-rumah tersebut hanya memiliki pintu dan jendela di depan rumah. Jendela di samping rumah tidak memungkinkan untuk dibuat karena di samping lebar tanah yang hanya 6 meter (bahkan ada yang hanya 5 meter), rumahnya berdempetan dengan tetangganya. Demikian pula di bagian belakang rumah. Rumah dengan keadaan yang demikian banyak dijumpai di perumahan-perumahan.
Rumah dengan ciri yang demikian sebenarnya kurang sehat. Yang pertama karena pertukaran (sirkulasi) udara tidak bagus atau udara tidak bisa keluar masuk rumah dengan bebas karena udara hanya bisa masuk dari depan rumah. Sirkulasi udara yang baik di dalam rumah sangat diperlukan sebagai persyaratan rumah sehat.
Hal ini dapat diperburuk apabila dapurnya terletak di rumah bagian belakang. Apabila sirkulasi udara di dalam rumah tidak baik, gas-gas hasil pembakaran saat memasak (misalnya gas Nox yang berbahaya bagi kesehatan), tidak dapat keluar rumah dengan leluasa. Akibatnya, gas-gas tersebut dapat terisap sehingga dapat mengganggu kesehatan anggota keluarga.
Rumah yang bagian belakangnya serba tertutup tersebut juga menyebabkan sinar matahari tidak bisa mencapai bagian belakang rumah. Akibatnya, rumah terasa lembab. Hal-hal di atas dapat diperburuk apabila WC dan kamar mandi terletak di rumah bagian belakang (dan kebanyakan rumah memang demikian). Bau tidak sedap, kelembaban, serta kuman penyakit, tidak dapat segera tersapu ke luar dari rumah.
Seperti dikemukakan di atas bahwa rumah RS dan RSS berdempetan dengan tetangganya baik itu di sisi kanan, kiri, maupun belakang. Untuk itu diperlukan kiat-kiat agar dalam mengembangkan rumah RS dan RSS tidak terjebak dalam masalah yang dikemukakan di atas dan menjadikan rumah tersebut tetap menjadi rumah sehat. Berikut prinsip rumah sehat dan kiat-kiat membangun rumah sehat di perumahan RS dan RSS.

1. Pastikan aliran udara yang lancar dari depan ke belakang rumah atau sebaliknya. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun bagian belakang rumah ada yang terbuka ke udara langsung atau dengan cara membuat genting di bagian belakang rumah sedemikian rupa sehingga udara dapat keluar masuk dengan bebas.

2. Pastikan bahwa sinar matahari dapat masuk rumah dengan leluasa. Untuk menguji ini, caranya sangat gampang, yaitu matikan seluruh lampu listrik, lihat ruangan apakah terang atau gelap.
Apabila dengan matinya lampu listrik ruangan menjadi gelap, rumah tersebut perlu direnovasi agar sinar matahari dapat menjangkau ruangan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan membikin bagian belakang rumah ada yang terbuka ke udara langsung atau dengan cara membuat genting di bagian belakang rumah sedemikian rupa sehingga udara dapat keluar masuk dengan bebas.

3. Buatlah atap yang tinggi, paling tidak tingginya 3 meter dari lantai. Atap rumah yang tinggi memiliki banyak keuntungan. Udara panas (misal dari memasak) selalu menuju ke atas.
Dengan atap rumah yang tinggi, udara panas atau udara hasil pembakaran yang tidak sehat, akan terbawa ke atas. Hal ini lebih sempurna lagi apabila ada bagian genting yang terbuka sehingga udara panas dan udara hasil pembakaran dapat segera tersapu keluar. Atap yang tinggi dapat juga berfungsi mengurangi rasa gerah di dalam rumah apabila musim kemarau tiba.

4. Apabila membuat rumah berlantai dua (atau lebih), pastikan bahwa pada tangga yang naik ke atas memiliki bagian yang terbuka luas. Sekali lagi, hal ini untuk memastikan sirkulasi udara dan masuknya sinar matahari dengan baik.
Bagaimana apabila rumah yang sudah dikembangkan/diperluas ternyata tidak memenuhi 4 hal di atas. Cara yang mudah dan cukup manjur serta tidak terlalu banyak mengeluarkan uang serta tidak mengubah rumah secara berarti adalah dengan cara memperbarui genting (terutama pada bagian belakang rumah) sedemikian rupa sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk. (Sumber: Pikiran Rakyat)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home