Sayuran Jenis Kubis, Antikanker
Oleh Muhtadi Puradi-nata, Dipl. Ing.
(alumnus jurusan teknik biomedis Fachhochschule Ciessen Jerman serta Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Cirebon)
DI antara beragamnya jenis sayuran yang sehari-hari kita konsumsi, tentu ada sayur yang memiliki zat yang spesifik, antara lain kubis-kubisan jenis brasicca, juga termasuk brokoli brussels sprout, dan kembang kol. Pada sayuran tersebut terkandung zat spesifik anti karsinogen atau antikanker yang dapat mencegah/mengurangi risiko terkena kanker.
Hasil studi penelitian dari ”Deutsche Krebspforschung Zentralstelle Heidelberg”, Jerman menunjukkan bahwa tingkat ketahanan tubuh pada orang yang banyak mengonsumsi sayuran atau makanan berserat dan buah lebih tinggi, baik dalam mencegah kanker.
Hal yang sama ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan tim ahli kesehatan dan penyakit kanker Universitas John Hopkins Amerika, yang kini terus dikembangkan mencari cara untuk pencegahan penyakit kanker.
Yaitu melalui nutrisi/mengonsumsi sayuran yang banyak mengandung zat antikarsinogen dan mengurangi zat yang dapat merangsang pembentukan sel-sel kanker dalam tubuh manusia.
Peneliti Dr. Paul Tallay dari tim ahli John Hopkins telah berhasil mengisolasi satu zat yang didapat dari sayur jenis kubis brokoli. Zat itu disebut sulforaphane yang bekerja menyingkirkan racun pemicu kanker.
Uji coba sebelumnya telah dilakukan pada hewan pengerat tikus membuktikan ekstrak sulforaphane dari brokoli itu mam -pu/berpotensi tinggi meningkatkan proses detoksifikasi yaitu melenyapkan toksin/racun dari dalam sel atau menetralisir zat karsinogen dalam sel. Makanan (sayuran dan buah) yang berserat tinggi, akan mampu bekerja lebih baik menyerap air dalam usus besar, hingga keadaan substansi di dalam usus besar itu termodifikasi. Ini berarti kotoran usus besar dapat keluar lebih cepat/lancar dan bakteri toksis berubah menjadi tidak toksis dan membantu dalam menghambat procursor zat yang bersifat karsinogetik/penimbul kanker.
Lebih jelasnya, satu protein dalam sel, yaitu enzima fase pertama mampu mengubah zat-zat kimia yang tidak berdaya menjadi zat yang bersifat karsinogenik atau menimbulkan kanker dengan mengacaukan pola genetik dalam sel. Satu protein lainnya, enzima fase kedua cenderung memblokir pebentukan zat yang bersifat karsinogenik.
Jadi, zat dalam brokoli atau kubis, yaitu sulforaphane itu mampu mengaktivasi enzima fase dua sehingga timbulnya kanker usus dapat dihambat. Para peneliti dari John Hopkins University telah mengekstrak lebih dulu zat sulforsphane yang efektif dari brokoli yang dikonsumsi masyarakat Amerika. Kini ditemukan juga sulforaphane dalam jumlah yang cukup banyak dalam daun bawang hijau, dan didapati pula dalam jahe.
Temuan lain yang anti kanker yaitu riboflavin. Riboflavin/vitamin B dapat membantu dalam memecah atau menguraikan zat yang bersifat karsinogenik yang dimetabolisasi oleh hati menjadi nonkarsinogen/tidak menimbulkan kanker.
Seperti yang telah disebutkan di atas, kembang kol merupakan salah satu dari jenis sayuran antikanker. Dengan mengonsumsi kembang kol setidaknya dapat mengurangi keracunan hati yang ditimbulkan oleh zat kimia yang mengontaminasi makanan, yaitu polybrominated biphenyl, dan aflatoksin/racun dari kapang aspergillus flavus yang bersifat karsinogenik.
Temuan lainnya menunjukkan glucosinolate secara alami ada pada kembang kol. Dari metabolisme glucosinolate dalam hati, kemudian efeknya dapat menghambat/mengurangi risiko terkena kanker hati. Perbanyaklah mengonsumsi sayuran! (Sumber: Pikiran Rakyat)***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home