Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, November 24, 2002

Manggis Merah, Peredam Amarah

Oleh Rani Kartika Utami

MANGGIS merah peredam amarah? Benar, peredam amarah. Itulah mundar, manggisnya orang Sumatera dan Kalimantan. Tampaknya benar-benar mengundnag selera. Konon, menurut kepercayaan penduduk pedalaman Kalimantan, mundarbisa meredam amarah orang yang tengah naik darah.
Mungkin, karena rasanya yang luar biasa itu bisa membuat orang lupa segala persoalan. Mungkin juga karena warna ”berani”-nya memiliki daya ”sihir” tersendiri. Namun, benar tidaknya ”kekononan” ini, tentu bukan hal yang penting untuk dibicarakan. Hanya yang jelas, cita rasa mundarmemang sangat istimewa, dan...di luar dugaan, banyak orang yang tergila-gila pada si bundar merah ini!
Umumnya, orang hanya mengenal manggu atau mangosteen, si manggis berkulit ungu. Begitu melihat penampilannya, banyak orang — terutama warga asing — meragukan rasanya karena ia memang berwarna suram dan kelezatan manggis ungu baru terbayang setelah ia terkupas.
Lain halnya dengan mundar. Penampilan buah yang satu ini lebih menawan karena kulitnya serba merah. Rasanya manis bersemu asam dan umumnya cocok dengan selera wisatawan mancanegara. Sesungguhnya, mundar dapat mendampingi manggis untuk komoditas ekspor. Nama komersial manggis adalah purple mangosteen, sedangkan mundar red mangosteen.

Asli Indonesia
Mundar atau Garnicia Forbesii adalah buah asli Indonesia yang banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Tanaman ini tumbuh secara sporadis di pekarangan, tepi sungai, maupun hutan.
Sebutan mundar di daerah asalnya adalah bundaran atau ketolang. Di daerah ”kelahirannya”, nilai ekonomi mundar masih rendah. Yang menarik di negerinya Sultan Hassanal Bolkiah, mundar cukup populer dan sudah terpublikasikan dalam buku ”Brunei Darussalam Fruit in Colour”.
Orang Brunai menyebutnya asam aur-aur, sedangkan warga Inggris menamakan buah ini Brunei cherry. Sebutan ceri tak ada hubungannya dengan buah ceri yang kita kenal secara umum. Menyikapi kehadiran buah ini, penduduk Brunei cukup kreatif dan sudah bisa menggunakan kulitnya untuk penyedap masakan.
Rasa mundar tidak berbeda jauh dengan manggis. Hanya saja, tekstur daging manggis lebih lembut dan langsung lumat begitu masuk mulut, sedangkan pada mundar ketika dikunyah ada rasa butiran tepung halus, seperti kue moci. Rasa daging mundar manis, tetapi semakin dekat ke bijinya, akan muncul rasa asam segar secara berangsur.

Pertumbuhan
Biji mundar begitu kecil, pipih, dan ukurannya kira-kira sepertiga biji manggis. Biji ini sangat sulit dikecambahkan. Kebanyakan kempes tanpa isi sehingga fertilitasnya sangat rendah. Dari 100 buah, paling banyak didapat 40 biji yang bisa tumbuh. Itu pun tidak semua berhasil disemai.
Biasanya, setelah para pekerja pertanian berlelah-lelah menunggu hingga lima bulan, baru 20% dari biji yang disemai tampak tumbuh. Kecambah mundar juga sangat ringkih. Batangnya lebih kecil dari ujung lidi ( 1 mm), tetapi setelah 1 tahun, kecepatan pertumbuhannya luar biasa. Tru-busnya makin sering muncul hingga dapat menyusul pertumbuhan manggis. Umumnya, tumbuhan dari biji sudah berbuah dalam empat tahun.
Tidak seperti manggis, mundar lebih produktif. Ya, buah manggis muncul pada ujung ranting, satu ranting hanya satu buah. Sementara mundar muncul berkelompok, 2-7 butir di sepanjang ranting.

Budidaya
Mundar belum dibudidayakan dengan baik. Nilai jual buahnya masih rendah sehingga tidak menarik untuk dikebunkan secara komersial.
Benar, mundar memang bukan buah favorit seperti rambutan dan durian. Bahkan, tanaman yang ada pun kini terancam punah karena belum ada yang membibitkan secara khusus, dari biji yang ternyata sulit dilakukan, sedangkan usaha perbanyakan lewat cangkokan pun seringkali gagal.
Mundar juga disinggung dalam ”Newsletter Rare Fruit Council International” (organisasi buah langka internasional, yang berpusat di Florida), Agustus 1998. Di sana dicanangkan mundar sebagai salah satu buah langka yang berpotensi besar. Ajaib memang, orang Indonesia yang ”memiliki” mundar tampak kalem-kalem saja. Padahal, masyarakat luar menaruh perhatian begitu besar pada tanaman peredam amarah ini.(Sumber: Pikiran Rakyat)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home