Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, November 17, 2002

Ayam Mutiara, Buntek, Botak, dan... Betekaaak!

Oleh Rani Kartika Utami

TERNYATA, perhiasan mutiara bukan hanya urusan kaum hawa. ”Kaum” ayam pun suka mengenakannya! Amatilah ayam mutiara bertopi (numida meleagris) yang berpenampilan unik ini.
Binatang ini merupakan jenis burung buruan, termasuk famili numididae. Postur tubuhnya buntek, besarnya sebanding dengan ayam peliharaan. Kepala hewan ini botak putih dan tidak punya bulu leher. Di bagian atas kepala, tumbuh semacam jengger keras meyerupai mahkota. Sedangkan di bawah paruh me-nyerual sepasang pial merah tumbuh ke atas samping. Di sepanjang leher terdapat gelambir biru kehitaman.
Ayam ini berbulu tebal dengan pola corak menyerupai tebaran mutiara putih berlatar abu-abu kebiruan. Sayapnya terdiri dari bulu-bulu panjang yang kaku. Ekornya pendek-pendek, kaku juga. Si botak bertopi ini kadang-kadang digembalakan dengan unggas lain agar terawasi kalau-kalau ada hewan pemangsa. Meski begitu, ia tidak pengecut dan sangat waspada. Suaranya serak-serak tajam, seperti bunyi logam yang bergesekan.
Selain mutiara bertopi, ada juga jenis ayam mutiara lain. Beberapa di antaranya adalah ayam mutiara hitam (phasidus niger) yang berbulu hitam dan berkepala botak merah. Ada juga ayam mutiara kalkun (agelestes maleagrides) dengan ”jubah” putihnya, ayam mutiara nasar (acryllium vulturinum) yang berbulu biru-ungu dan ayam mutiara berjambul (guttera eduardil), dengan serumpun bulu keriting di bagian atas kepalanya.
Di habitat asalnya, yakni di hutan, ayam-ayam polkadot ini merupakan pelahap biji-bijian, bagian-bagian tanaman, dan berbagai binatang kecil tanpa tulang belakang. Jenis ayam ini juga pandai terbang cepat. Biasanya, ia bersarang di permukaan tanah, dalam suatu galian hasil korekan cakarnya sendiri. Di tanah korekan inilah ia menempatkan telur-telurnya yang berwarna putih kekuningan.

Jantan betina sama
Sekilas, untuk mengenal jenis kelamin ayam ini lumayan sulit. Namun, kalau kita mau lebih teliti, akan tampak pula perbedaannya. Ayam mutiara jantan cenderung lebih besar dibandingkan si betina, baik ukuran tubuh, kepala maupun mahkotanya. Selain itu, gerak-gerik ayam mutiara jantan lebih mencermikan ”kepemimpinan”. Selebihnya, ayam mutiara jantan juga jarang ”berteriak-teriak”. Ka-laupun bersuara, tidak sekeras ”omelan” yang betina. Suaranya terdengar kelaek-kelaeeek!, sedangkan ayam mutiara betina berbunyi betekaak-betekaaak!, keras, dan parau. Saat musim kawin tiba, jenis kelamin ayam mutiara akan lebih mudah dikenali karena yang jantan akan lebih aktif mendekati ”pujaan hati”-nya.
Mudah dipelihara dan tahan penyakit
Ayam mutiara bertopi bisa juga dipelihara seperti layaknya ayam kampung. Ia mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Pemeliharaannya pun mudah. Bisa dilepas atau dikurung dalam kandang.
Si corak polkadot ini lebih tahan penyakit dibandingkan ayam kate, ayam kapas maupun ayam mahkota. Meskipun tidak divaksin, ia tak pernah terserang penyakit. Bahkan, kondisi tubuhnya akan sehat-sehat saja, meski kehujanan sekalipun.
Dalam hal makanan, si buntek ini tidak rewel dan termasuk mauan. Ketika berusia 0-2 bulan, ia cukup mendapatkan pakan ayam ras 511. Lalu, di usia 2-3 bulan, ia bisa mendapatkan campuran 511 plus jagung dengan perbandingan 1:2. Untuk tambahan gizi, sebaiknya ayam-ayam mutiara itu mendapatkan rumput muda, kangkung, taoge, dan daun pisang muda.
Ketika berusia 7-8 bulan, ia siap kawin dan bertelur. Namun, itu pun masih sangat bergantung pada macam pakannya. Kian baik gizi makanan yang ia dapat, makin cepat pula ia berkembang biak. Sedangkan musim bertelur masih sangat bergantung pada alam.
Artinya, ayam mutiara hanya bertelur setahun sekali, yakni saat hawa dingin atau di awal musim hujan. Pada awal musim kemarau —ketika hawa panas— ia berhenti bertelur. Jumlah telurnya sekira 75-100 butir per periode bertelur. Ukurannya sebesar telur ayam kampung, tetapi tekstur kulitnya lebih kasar. Banyak orang menyukai telur ayam mutiara. Begitulah, cita rasanya memang ”menyenangkan” lidah setiap orang.
Apa boleh buat, karena ayam mutiara tidak bisa mengeram maka penetasan telurnya harus mendapatkan bantuan mesin tetas. Setelah kurang lebih 28 hari, biasanya sudah menetas, jadi anak ayam yang aktif dan berbulu kapas.
Ayam mutiara, si buntek, botak, dan senang mengeluarkan bunyi batekaaak ini tergolong unik. Oleh karenanya, tak heran bila ia memiliki banyak ”penggemar”. Anda berminat memilikinya? Jangan takut kehabisan, ia banyak dijual di pasar-pasar burung! (Sumber: Pikiran Rakyat)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home