Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, November 24, 2002

Hati-hati dengan Bahan-bahan Kue Lebaran

Oleh Yuga Pramita

SUDAH menjadi rahasia umum sebagian umat Islam sering sekali menyambut Lebaran dengan kelewatan. Di samping tiba-tiba kudu gaya hingga rela berjubel-jubel di toserba, tak jarang kita juga suka memaksa diri merasa harus babak belur untuk sekadar menyiapkan aneka kue guna merayakannya. Situasi seperti ini sering membuat kita lupa bahwa prinsip kehati-hatian tetap perlu dijaga. Ujungnya, bukan kebahagiaan yang didapat, tapi justru kecelakaan.
Kue Lebaran bisa jadi bumerang, keteledoran memilih bahan, di samping dapat menjebak pada keharaman —selanjutnya akan merusak kefitrian Lebaran—, dapat pula berdampak buruk pada kesehatan, terutama pada orang-orang yang sudah berbekal penyakit sebelumnya.
Agar bisa terhindar darinya, orang perlu bijak. Beberapa catatan berikut mudah-mudahan bisa menolong Anda untuk memilih bahan-bahan untuk kue yang aman.

”Essence”
Supaya menarik, di samping perlu merekanya menjadi aneka bentuk yang lucu dan cantik, sering pula orang harus melumuri kue dengan tambahan zat pewarna. Agar sesuai selera, tambahlah zat perasa (flavor). Dalam berbagai kemasan, sangat gampang mendapatkan bahan-bahan tersebut di pasaran. Flavor orange, kopi, strawberri dan madu, ternyata bisa mengandung unsur hewan, civet dan berang-berang. Dalam jurnal Halal No. 34/VII/2002 disebutkan, flavor yang mengandung kedua unsur jenis hewan tersebut, hukum produknya bisa menjadi tidak halal.
Selain itu, perhatikan pula pelarutnya. Beberapa essence (flavor yang menggunakan pelarut alkohol) ternyata meiliki kandungan alkohol berkisar antara 0,5 hingga 7%. Padahal, berdasarkan kesepakatan Komisi Fatwa MUI, jika alkohol digunakan atau ditambahkan, kandungan produk akhirnya harus di bawah 1%. Jika sama atau melebihi 1%, produk tersebut dikategorikan sebagai khamar dan hukumnya haram.
Agar aman, telitilah sebelum membeli. Perhatikan baik-baik kandungan bahan dasarnya. Yang paling baik memang memilih yang ada cap halalnya, meski sangat jarang ditemui essence mencantumkan label tersebut dalam kemasannya.

Tepung
Tepung merupakan struktur pokok atau bahan pengikat dalam kue. Saat ini telah tersedia sejumlah besar ukuran dan jenis tepung yang masing-masing memiliki pengaruh pengikatan dan pengerasan yang berbeda-beda terhadap adonan kue.
Tepung baru dengan kemasan rapi dan tersimpan pada tempat yang benar umumnya aman digunakan. Sementara itu, pada yang sudah lama atau disimpan secara sembarangan, perlu diwaspadai. Selain dapat ”direcoki” kuman dari berbagai binatang pengganggu, bisa pula dicemari luteoskirin —merupakan mikotoksin yang dihasilkan fungi jenis Penicilium sp— yang dapat menimbulkan penyakit pada hati, meski dalam jangka waktu lama.
Ciri-ciri bahan yang sudah dicemari luteoskirin adalah warnanya coklat kotor, tidak menarik, dan umumnya berbau apek.

Telur
Setelah tepung, untuk membuat kue dibutuhkan juga telur. Di samping mampu mengeraskan (bagian putihnya), bisa juga digunakan sebagai pengempuk (bagian kuningnya). Biar murah, biasanya yang dicari telur apkir, kalau perlu yang retak pun jadi.
Padahal, telur mentah yang retak bisa menyebabkan salmonellosis, yang disebabkan kelompok kuman salmonella. Tanda-tanda orang yang dijangkitinya, kurang enak perut, ada mencret meski tidak sehebat kolera, datangnya mendadak, seringkali timbul juga demam. Mereka yang berisiko tinggi adalah orang tua, bayi, dan orang yang imunisasinya lemah, seperti sedang sakit atau dalam pengobatan penyakit kanker.
Ada beberapa cara supaya terhindar dari hal di atas, yaitu:
1. Menyimpan telur dalam lemari es.
2. Masaklah telur hingga matang sebelum dikonsumsi.
3. Pastikan telur masih baru dan tidak retak.
4. Jangan sekali-kali makan telur mentah, retak, atau makanan yang mengandung telur mentah.
5. Jangan memakan adonan kue yang belum dimasak.
6. Cuci peralatan masak seperti blender atau perlengkapan dapur lain, yang biasa digunakan mengaduk atau menaruh telur mentah, khususnya sebelum menggunakan alat-alat itu untuk keperluan yang lain.
Selain itu, penderita, terutama yang carier, harus diwaspadai. Kotoran penderita sebagai sumber kuman harus dihindarkan agar tidak mencemari makanan minuman lain. Kasus-kasus keracunan salmonella dapat diatasi dengan makan makanan lunak, minum banyak air, bila perlu dengan antibiotik.

Susu dan produk susu
Walau tak selalu, susu dan produk hasil olahnya seperti mentega dan keju, terkadang juga digunakan dalam pembuatan kue. Selain untuk memantapkan rasa, bahan ini juga bisa mengatrol nilai gizi.
Akan tetapi, susu memiliki laktosa, merupakan karbohidrat utamanya yang suka menimbulkan masalah. Pada orang yang kurang memilki enzim laktosa dalam mukosa ususnya —dikenal dengan istilah lactose intolerance— bisa menimbulkan mencret atau gangguan perut lain.
Di sisi lain, bahaya susu bukan hanya dari itu. Bahan ini bisa juga jadi wahana penularan tuberkulosis yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium bovis, Bruselosis, disebabkan Brucella abortus, bisa mengakibatkan terjadinya keguguran kandungan; leptospirosis, disebabkan oleh jenis kuman dari kelompok leptosspira, dan demam Q, penyakit seperti radang paru-paru (pneumonia), penyebabnya Coxiella burnetti; organisme lain yang juga bisa terdapat dalam susu adalah Salmonella, Shigella, Bacillus cereus, dan Staphylococcus aureus.
Untuk menghindarinya, pilihlah susu yang telah dipasteurisasi. Jika yang dalam bentuk kemasan, perhatikan kemasan dan tanggal kadaluarsanya.
Bagi yang tidak tahan laktosa, pilihlah susu dengan kandungan laktosa rendah.
Pada mentega yang tekah dibuka agar terhindar dari bakteri Pseudomonas fragi dan Pseudomonas putrefaciens, atau dari ragi Candida lypolitica, sebaiknya segera tutup kembali mentega dan simpan di lemari es. Begitu pula keju. (Sumber: Pikiran Rakyat)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home