Memperlambat Munculnya Uban
Oleh Syae
UBAN kerap diidentikkan dengan ketuaan karena hampir tak ada orang yang mengharapkan kehadirannya. Bila memungkinkan, rambut ingin tetap hitam sampai tua. Namun, apa boleh buat toh ada sebagian dari kita yang harus ”menderita” ubanan, bahkan pada usia yang dini (muda).
Penyebab uban sampai saat ini masih teka-teki. Oleh karena itu, sampai saat ini pun belum ditemukan cara yang jitu untuk mengatasinya selain hanya dengan cara menyemir rambut yang putih itu. Untuk memahami hal itu, agaknya yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah tindakan pencegahan, di antaranya dengan pendekatan gizi.
Ketidakcukupan elemen Cu
Karena proses ubanan erat kaitannya dengan degradasi melanosit, timbul logika bahwa dengan menjaga secara tetap fungsi sel itu secara baik, proses ubanan bisa dicegah atau setidaknya diperlambat. Bagaimana caranya?
Peneliti Denks dan Stevens menyebutkan, demi terjadinya aktivitas tyrosin, tubuh membutuhkan masukan mineral tembaga (Cu) yang cukup. Tyrosin berperanan besar dalam mendukung kerja sel melanosit. Aktivitas tyrosin yang menurun mengakibatkan menurun pula aktivitas melanosit.
Kedua peneliti tersebut mendapati bahwa ketidakcukupan elemen Cu dapat berakibat terjadinya depigmentasi rambut yang salah satu tandanya adalah munculnya uban.
Makanan yang kaya Cu antara lain hati, ginjal, tiram, kerang, kacang-kacangan, dan polong-polongan kering. Disebut kaya karena mengandung Cu lebih dari 100 ug Cu per 100 kcal.
Kebutuhan normal Cu bergantung pada usia seseorang. Bayi kecil lebih besar memerlukan Cu yaitu 50 ug/kg/BB/hari. Sementara itu, anak besar (umur 5-15 tahun) membutuhkan 40 ug/kg/BB/hari dan 30 ug/kg/BB/hari untuk orang dewasa. Oleh karena itu, untuk mencegah ubanan, Anda dianjurkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi Cu, tetapi cukup dengan kebutuhan-kebutuhan normal saja.
Akan tetapi, dalam mengonsumsi Cu ini, kita perlu memperhatikan agar pada saat yang bersamaan menghindari makan yang mengandung seng (Zn) terlalu tinggi karena mineral terakhir ini bisa berfungsi antagonis yaitu bisa meningkatkan pengeluaran Cu lewat feses.
Beberapa cara untuk menekan berlebihnya asupan seng ini yaitu dengan berolah raga, mengonsumsi makanan kaya vitamin, serta karbohidrat kasar karena semua ini mampu menghambat absorpsi seng oleh tubuh.
Kecuali kekurangan Cu, kenyataan lain menunjukkan bahwa penyakit anemia pernisiosa (salah satu penyakit kurang darah) juga dapat mempercepat lahirnya uban.
Penyakit tersebut tidak lain disebabkan tubuh kekurangan masukan vitamin B-12 yang kronis. Penyakit ini sebenarnya mudah diatasi sebagaimana disarankan oleh Minot dan Murphy (pemenang hadiah Nobel) dengan memakan hati dalam jumlah banyak. Selain hati, makanan sumber vitamin B-12 adalah daging dan produknya serta dalam jumlah sedikit pada susu dan produknya.
Perlu diketahui, vitamin B-12 tidak pernah didapati pada tanaman, kecuali jika ada kontaminasi dengan mikroba (misalnya nodula yang terdapat pada jenis kacang-kacangan tertentu yang mengandung sedikit vitamin B-12).
Untuk mendapatkan manfaat optimal vitamin B-12 ini, sebaiknya dihindari mengonsumsi vitamin C dosis tinggi yang menurut penelitian bisa memberi pengaruh berlawanan pada pemanfaatan vitamin B-12. Bahkan, pasien yang diberikan dosis lebih tinggi (1 gram setiap hari) akan menderita defisiensi vitamin itu.
Zat gizi lain yang disarankan untuk mencegah kehadiran uban adalah protein. Sebaiknya, jangan mengonsumsi protein kurang dari 1-1,5 gram kg/BB/hari. Selain itu, disarankan mengonsumsi vitamin B-2, seperti yodium dan minyak ikan karena membantu memelihara kesehatan rambut.
Vitamin B-2 banyak ditemukan pada yoghurt, produk hewani, dan sayur-mayur berdaun hijau. Selain itu, yodium terdapat pada udang dan hasil laut lainnya, bawang bombay, dan sayuran yang ditanam di tanah beryodium. Akan halnya minyak ikan atau minyak tumbuhan, vitamin ini berfungsi baik dalam membuat rambut berkilau dan lembut. (Sumber: Pikiran Rakyat)***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home