Kalau Bisa, Isi Parsel Kita yang Pilih
Oleh Yuga Pramita
”SAKIT kepala” menjelang hari raya tidak hanya dialami oleh ibu-ibu rumah tangga, melainkan pengusaha parsel pun kerap pula merasakannya. Bedanya, yang satu pusing mikir kenaikan harga tidak ketulungan, satunya lagi lantaran terlalu sibuk menghitung keuntungan.
Isi parsel biasanya diambil langsung dari pedagang besar, kadang juga dari pabrik sehingga harganya bisa lebih miring. Selain berisi berbagai makanan, konon ada juga parsel yang berisi angpao, atau barang-barang seperti tea set, dinner set. Bahkan, ada juga parsel berisi perhiasan atau STNK dan kunci mobil. Parsel beginian harganya ”gila-gilaan” dan tentu pula fungsinya tidak sekadar menyambung silaturahmi semata. Cuma pemberinya yang paling mengetahui fungsi ini.
Sayangnya, karena umumnya isi parsel sudah sedemikian terbungkus rapi, pembeli sering merasa kecewa. Banyak isi parsel yang tanggal kedaluwarsanya mepet, di samping ada juga yang kemasannya lecet, bagian bawahnya berkarat, hingga isinya rusak. Di muka relasi, tentunya ini bisa menjatuhkan gengsi.
Akan tetapi, masalah sebetulnya bukan cuma terletak pada ”runtuhnya” harga diri. Isi parsel yang rusak bisa jadi masalah bagi kesehatan, bahkan mungkin menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kalau bisa, untuk isi parsel sebaiknya konsumen memilih sendiri.
Makanan rusak
Ada beragam bahan kemasan makanan, yaitu kaleng atau aluminium, gelas, plsatik, dan karton. Selain guna menjaga makanan agar tetap bersih, terlindung dari kotoran dan kontaminasi bahan lain, kemasan juga berfungsi memudahkan dalam penyimpanan, pengiriman dan pendistribusian. Fungsi lainnya adalah sebagai iklan atau promosi —dalam bentuk gambar dan tulisan serta tata warna yang menarik—.
Informasi yang seharusnya ada pada kemasan meliputi nama produk, nama, dan alamat produsen, jenis isi, jumlah atau besar isi, komposisi bahan yang digunakan, nomor MD, SNI, informasi cara penyajian dan tanggal kedaluwarsa. Hal lain yang tak kalah penting terutama bagi konsumen Muslim adalah label halalnya.
Penentuan tanggal kedaluwarsa erat hubungannya dengan umur simpan produk (shelf life). Makanan kemasan yang telah melewati tanggal kedaluwarsa berarti makanan yang telah melewati batas waktu yang diperkirakan untuk produk tetap dalam keadaan laik konsumsi, baik dari segi penampakan, rasa, aroma, tekstur maupun mutu lainnya.
Akan tetapi, keamanan makanan tidak ditentukan oleh tanggal kedaluwarsanya saja. Makanan dapat mengalami kerusakan karena beberapa sebab, di antaranya cara penyimpanan yang salah. Dalam makanan rusak bisa bersemayam Clostridium botulinum —penghasil racun botulini—, tergolong neurotoksin yang menyerang syaraf dan menyebabkan kelumpuhan. Tanda-tanda keracunan botulini adalah, tenggorokan menjadi kaku, penglihatan ganda, otot kejang dan dapat mengakibatkan kematian karena penderita tidak bisa bernapas.
Demi menjaga dampak negatifnya, makanan yang telah lewat masa kedaluwarsa atau rusak sebaiknya jangan dipilih. Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman sebelum belanja isi parsel.
Makanan-minuman dalam kaleng
Kaleng makanan harus mulus, dengan tanggal kedaluwarsa tidak mepet apalagi lewat dari penampakan luar, beberapa tanda yang harus diwaspadai adalah:
- Kembung. Bisa karena reaksi antara produk asam yang dikemas dengan kaleng cacat. (Makanan yang tergolong berkadar asam tinggi, misalnya jus buah-buahan. Sementara itu, yang kadar asamnya rendah antara lain, jamur, asparagus, bit, kentang, dan kacang-kacangan).
Atau jenis kaleng yang digunakan tak sesuai dengan produk yang dikemas. Jika dibuka, produk tampak normal, tapi warnanya terkadang berubah pucat.
Bisa juga karena aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan CO2 dan H2. Akibat pembentukan gas ini, tekanan dalam kaleng menjadi tinggi sehingga kaleng menggembung yang lama-lama bisa pecah.
- Penyok. Karena benturan, jatuh, atau tertindih. Kaleng yang penyok sedikit —tak sampai membentuk sudut— biasanya tidak mengalami kerusakan isi. Namun, jika membentuk sudut, dikhawatirkan lapisan timahnya rusak sehingga kaleng bereaksi dengan produk, terutama yang berasam tinggi.
- Karat. terjadi karena adanya rekasi antara kaleng dengan senyawa lain yang bersifat korosif. Pada kasus yang ringan, pengkaratan terjadi pada tutup kaleng, sambungan kaleng atau bagian luar saja. Pada kasus berat dapat terjadi pada seluruh bagian luar kaleng.
Karat yang belum merusak bagian dalam sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, bila sudah timbul lubang, meski kecil dan sulit dideteksi, ada kemungkinan mikroba sudah menyelusup ke dalamnya.
Ciri-ciri lain yang tidak kentara (khusus untuk pengonsumsinya). Makanan kaleng yang rusak, saat dibuka akan memperlihatkan tanda berupa:
- Stack berning. Terjadi karena proses pendinginan yang tidak sempurna atau dilakukan penyimpanan dalam keadaan masih panas. Akibatnya, makanan menjadi lunak, kadang-kadang berair, berwarna gelap dan citarasanya tak enak. Kaleng bagian dalam tampak tidak cerah. Produk ini tidak layak dimakan, meski belum tentu berbahaya.
- Flat sour. Ditandai adanya bau asam yang disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak mati selama proses sterilisasi, akibat sanitasi yang jelek, dan proses yang tidak sempurna. Sering juga menyebabkan kebusukan.
- Perubahan warna. Secara kimia bisa disebabkan oleh pecahnya senyawa protein (pada makanan dengan kandungan protein tinggi, seperti kornet) dalam proses sterilisasi, kemudian bereaksi dengan logam kaleng membentuk senyawa besi sulfida. Bisa juga karena aktivitas Clostridium nigrificans, bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat proteolitik. Bakteri ini memproduksi H2S sehingga makanan menjadi busuk dan berwarna hitam.
Kemasan gelas, plastik dan karton
Pada umumnya botol gelas cukup baik untuk melindungi makanan karena mempunyai sifat inert, yaitu tidak bereaksi dengan bahan makanan yang dikemasnya. Bagian rawan yang harus diwaspadai adalah tutupnya. Seringkali pencemaran bakteri atau kapang bermula dari bagian tersebut. Pilihlah yang tutupnya rapat, bersih, dan tanpa karat. Sementara itu, makanan dengan kemasan plastik atau karton, umumnya lebih aman selama kemasannya terbungkus rapi, rapat, dan tanggal kedaluwarsanya masih lama. (Sumber: Pikiran Rakyat)***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home