Dinamika Perilaku Seks dalam Perkawinan
Oleh dr. Isma S
Dimuat di Pikiran Rakyat, 18 Agustus 2002
KASUS yang dihadapi seorang istri —yang dipaparkan dalam tulisan ini, mungkin bukan satu-satunya yang terjadi di Indonesia. Sebab, dalam 10 terakhir ini, informasi mengenai aneka jenis aktivitas seks sangat gencar menyerbu Indonesia. Lewat berbagai media massa —dan terutama belakangan ini lewat internet dan banjir VCD porno, masyarakat Indonesia dapat memperolehnya dengan mudah.
Variasi
Seandainya istri tersebut tidak pernah bersedia diajak bermain oral seks, mungkin suami tidak akan mengajaknya bermain anal seks. Sebab, bagi suami, bermain menyimpang dengan istri mungkin dianggap sebagai variasi yang aman apabila dibandingkan bermain serong dengan perempuan lain.
Sekarang ini, suami tersebut bisa diibaratkan sedang berada di tengah pertigaan jalan. Ruas jalan pertama (coitus) sudah biasa dilaluinya, dan mungkin sekarang sudah membosankannya. Sedangkan ruas jalan kedua (oral seks) juga sudah sering dialuinya, dan mungkin sekarang juga sudah mulai membosankannya. Nah, tinggal ruas jalan ketiga (anal seks) yang ingin dicoba dilaluinya.
Untuk membuat suami tersebut kembali ke jalan pertama, tentu saja sudah terlambat, karena istri sudah terlanjur ikut-ikutan senang diajak menempuh jalan kedua.
Dengan melihat kengototan suami yang mengajak istri untuk mencoba menempuh jalan ketiga, sementara istri juga ngotot menolaknya, dan akibatnya ternyata sangat riskan bagi perkawinannya, maka tidak ada jalan lain kecuali kedua pihak mencoba berkompromi.
Dalam hal ini, istri perlu mengajak suami untuk berkonsultasi dengan seksolog dan psikiater, juga dengan ulama. Pendapat seksolog, psikiater dan ulama mungkin berbeda-beda, bahkan bisa jadi perlawanan. Nah, terserah suami dan istri, akan memilih pendapat siapa yang dianggap terbaik.
Dan dalam menjatuhkan pilihan tersebut, hendaknya berdasarkan kepentingan untuk mempertahankan perkawinan yang sudah membuahkan dua balita.Harus diingat, problem seks dalam perkawinan jangan dianggap remeh, apalagi jika sudah diwarnai perbedaan selera atau penyimpangan-penyimpangan!
Dinamika
Perilaku seks dalam perkawinan, memang bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Dalam hal ini, dinamika perilaku seks dalam perkawinan harus dihadapi dengan sikap bijaksana oleh suami istri.
Munculnya perubahan selera, atau keinginan-keinginan untuk mencoba hal-hal baru, dapat dikatagorikan sebagai bentuk dinamika perilaku seks dalam perkawinan. Dan dalam prakteknya, suami atau istri akan mengalaminya, seiring dengan tuntutan psikis atau referensi yang diperolehnya.
Di masa sekarang ini, banyak pasangan suami istri yang tergoda untuk mencoba-coba bermain menyimpang seperti yang dicontohkan lewat adegan-adegan dalam film-film porno yang sering ditontonnya. Dalam hal ini, referensi berupa film-film porno sering dijadikan pedoman, padahal belum tentu cocok dengan selera dan mentalitasnya.
Kasus istri tersebut di atas —yang bisa ikut menikmati oral seks, tetapi menolak anal seks, merupakan contoh betapa selera dan mentalitas suami istri bisa bertentangan dalam merespon dinamika perilaku seks yang terjadi di antara mereka berdasarkan referensi film-film porno yang sering ditontonnya.
Dan jika suami istri mengalami pertentangan selera dan mentalitas dalam merespon dinamika perilaku seksualnya, hendaknya juga tetap bersikap rasional dan bijaksana. Ajakan cerai, seperti yang dilakukan oleh suami tersebut di atas, merupakan sikap kekanak-kanakan yang konyol.
Tetapi akan lebih konyol lagi, jika ada suami bermain selingkuh hanya karena istri menolak diajak menikmati variasi seks tertentu (oral seks atau anal seks). Sebab, selingkuh dapat dikatagorikan sebagai perbuatan terburuk dalam perkawinan, bahkan dapat dijadikan alasan untuk cerai! Camkanlah!***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home