Wabah Penyakit Bakteri pada Ikan Mas
Oleh Khairuman A. Md.
(Kasie Informasi Teknologi pada Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sukamandi Subang)
Dimuat di Pikiran Rakyat, 21 Juli 2002
AKHIR-AKHIR ini para petani ikan mas —khususnya di Jawa Barat, mengalami kerugian yang cukup besar akibat ikan mas yang mereka pelihara terserang penyakit. Konon, yang pertama kali terserang penyakit adalah ikan mas yang dipelihara di kolam air deras di daerah Cijambe Kab. Subang.
Diperkirakan hampir 250 ton ikan mas di daerah tersebut mengalami kematian. HU ”Pikiran Rakyat” hampir setiap minggu memuat berita tentang kematian ikan antara lain ”Wabah Aeromonas Musnahkan 63,3 Ton Ikan di Kab. Bandung (”PR”, 14/6); ”Aeromonas Bunuh 820 Ton Ikan di Kab. Kuningan (”PR”, 29/6); ”Jateng/DIY Tolak Ikan dari Jabar dan Jatim (”PR”, 29/6); dan ”Bakteri Aeromonas Berasal dari Subang Virus Ikan Air Tawar Masih Terus Mengancam (”PR”, 2/7).
Upaya-upaya pemerintah —dalam hal ini Dinas Perikanan setempat, tentu telah melakukan tindakan baik pencegahan terhadap ikan-ikan yang belum terserang penyakit atau tindakan pengobatan bila ikan-ikan tersebut telah terserang penyakit. Berhasil atau tidaknya usaha tersebut tentu dipengaruhi banyak faktor, seperti identifikasi terhadap penyakit, jenis dan dosis obat yang digunakan atau tingkat serangan penyakit itu sendiri terhadap ikan.
Kenapa ikan sakit?
Penyakit ikan umumnya ada di mana-mana, tetapi penyakit tersebut belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Karena ikan memiliki daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit selama berada pada kondisi lingkungan yang baik. Ikan sakit disebabkan kondisi tubuhnya yang lemah antara lain karena cara perawatan yang buruk, pemberian pakan yang tidak mencukupi atau kualitas pakan yang kurang baik. Selain itu dapat pula disebabkan kualitas media hidupnya sering terjadi perubahan seperti sifat-sifat fisika dan kimia air (kandungan karbondioksida, oksigen atau gas-gas beracun, atau terjadinya fluktuasi suhu yang mendadak). Sehingga ikan akan mengalami stres, kondisi tubuh menjadi lemah dan penyakit pun dengan mudah menyerang ikan-ikan yang dipelihara.
Untuk itu —beberapa waktu lalu, Balai Karantina Ikan Soekarno Hatta Jakarta telah menurunkan satu tim ke Kabupaten Subang guna memantau jenis penyakit yang menyerang ikan mas yang dipelihara petani di daerah tersebut. Laporan pemantauan hama dan penyakit ikan (Cyprinus carpio) di Kabupaten Subang oleh tim Balai Karantina Ikan Soekarno Hatta, kiranya dapat dijadikan pedoman oleh semua pihak guna mencegah agar wabah penyakit ikan tidak menyebar ke seluruh daerah di Jawa Barat.
Menurut hasil pemeriksaan bahwa penyakit yang menyerang ikan mas di daerah Subang adalah penyakit infeksi bakteri pada insang atau yang lebih dikenal dengan istilah ”Bacterial Gill Disease” (BGD). Adapun jenis patogen yang menginfeksi adalah jenis bakteri dari famili Cytophagaceae yaitu Flaxobaterfum sp dan Flexibacter columnaris. Selain kedua jenis bakteri tersebut dapat diidentifikasi bakteri Aeromonas hydrophilla dan Aeromonas carviae yang bersifat sekunder. Adapun gejala ikan mas yang terserang penyakit tersebut di antaranya terdapat bercak kemerahan pada tubuh ikan di permukaan bagian bawah dan atas, kulit bagian luar terkelupas dan berlanjut menjadi borok, insang terlihat mengalami nekrosis dan kongesti, dan lamela insang saling melekat satu dengan yang lainnya.
Upaya pencegahan
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guna mencegah agar ikan-ikan mas tidak terserang penyakit seperti tersebut di atas yaitu sebagai berikut:
1. Cegah kepadatan ikan yang berlebihan, karena akan mengakibatkan penumpukan hasil metabolisme yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas air media.
2. Pemakaian air yang berulang senantiasa harus disaring atau difilter sebelum masuk ke kolam yang lain.
3. Isolasi terhadap ikan-ikan, artinya ikan-ikan di wilayah yang terserang tidak dibawa ke tempat lain.
4. Lakukan pengeringan kolam dan pengedukan lumpur sisa-sisa metabolisme.
5. Penghentian siklus pemeliharaan untuk beberapa waktu (sementara).
6. Sanitasi kolam serta menjaga kualitas air serta pengukuran kualitas air secara teratur.
Upaya pengobatan
Bila ikan-ikan yang dipelihara telah terserang oleh penyakit tersebut di atas, maka tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Alkyl Benzaikonium Chioride (Roccal) 2 mg/ltr perendaman selama 1 jam. Hyamine 3500 sebanyak 2 mg/ltr selama 1 jam.
2. Ethyl mercury phosphate (Lignasan X) atau tinisan 1-2 mg/ltr selama 1 jam.
3. Pemberian antibiotik antara lain oxytetracyclin melalui perendaman, oral atau dengan cara disuntik terutama bagi ikan-ikan yang berukuran besar.
4. Perendaman dengan oxytetracyclin dengan dosis 10 mg/ltr selama 3 hari diulang dua kali melalui pakan dengan dosis 50 mg kg pakan selama 3 hari.
Tindakan pencegahan dan pengobatan akan efektif bila dilakukan secara serius, teliti, cermat terutama oleh para pembudidaya, sehingga diharapkan wabah penyakit tidak akan menyebar ke seluruh daerah di Jawa Barat. Semoga!***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home