Memilih Pendidikan Prasekolah yang Baik
Oleh Rani Nurhayati, S.Pd.
(pemerhati pendidikan anak dan Guru Bahasa Inggris SMU PGII 1 Bandung)
Dimuat di Pikiran Rakyat 10 Juni 2002
SAAT ini, berbagai lembaga sedang gencar mempromosikan pendidikan prasekolah (preschool) yang diselenggarakannya, baik lewat media masa maupun spanduk di berbagai sudut jalan. Hal ini bisa menguntungkan bagi orangtua, karena banyak pilihan, bisa juga justru membingungkan, mana yang harus dipilih?
Berikut ini dipaparkan sepuluh ciri pendidikan prasekolah yang baik. Semoga dapat membantu orangtua dalam menentukan pilihan.
1. Perbandingan Jumlah Guru-Anak yang Tepat
Perbandingan yang tepat adalah satu orang guru untuk tujuh sampai sepuluh anak dan tiap kelas maksimal diisi oleh 20 siswa. Perbandingan jumlah guru dan jumlah siswa yang tepat akan menjamin setiap anak menerima perhatian yang cukup dari guru, dan guru akan mengenal setiap anak secara pribadi.
2. Kegiatan Harian yang Beragam
Selama kelas berlangsung, anak harus belajar mengembangkan kemampuan sosial yang penting seperti melakukan kegiatan secara bergiliran dan mendengarkan orang lain. Mereka juga harus mengembangkan kemampuan berbahasa dengan mendengar cerita dan bernyanyi. Bernyanyi sangatlah penting dalam pendidikan prasekolah karena mereka akan dapat menghubungkan kata-kata dengan lagu yang ada dalam tulisan saat mereka mulai belajar membaca nanti dan hal ini akan meningkatkan kemampuan membaca.
Disamping itu, dengan mengenal ritme dan birama (ketukan dalam lagu), pemahaman anak tentang matematika dapat diperluas.
3. Lingkungan yang ”Kaya Bahasa”
Anak harus dibacakan sesuatu setiap hari. Ruangan kelas harus dilengkapi beragam buku. Dinding kelas harus dipenuhi dengan kata-kata/simbol-simbol yang menunjukkan objek-objek tertentu, tersedia kolom-kolom tentang cuaca dan poster yang menggambarkan tentang kegiatan anak. Bahkan karya seni anak juga dapat digunakan guru untuk membangkitkan minat baca anak. Di bawah karya tetsebut, guru bisa menuliskan kalimat yang didiktekan anak yang menjelaskan karya tersebut.
4. Ruangan Seni Rupa
Ruangan ini harus dilengkapi dengan alat-alat melukis dan membuat bentuk dua/tiga dimensi seperti kuas, krayon, dan tanah liat. Selain menyukai kotornya, anak juga dapat menjadikan seni rupa sebagai sarana untuk mengekspresikan pikiran mereka yang tak dapat mereka ungkapkan dengan kata-kata. Seni rupa juga dapat membantu anak dalam mengembangkan kontrol motorik dengan baik dan membantu kosep dasar ilmu pengetahuan seperti: apa yang terjadi bila warna-warna dicampurkan dan bagaimana media yang berbeda menghasilkan tekstur yang berbeda pula. Anak juga dapat mengamati perubahan berbagai benda seiring dengan berjalannya waktu seperti cat mengering dan tanah liat mengeras.
5. Pojok Balok
Membuat sesuatu dengan menggunakan balok-balok kecil, akan membantu anak dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengenal ruang. Secara tidak sadar, anak mulai berkenalan dengan prinsip-prinsip geometri seperti dua balok persegi (kubus) yang disatukan akan sama dengan balok persegi panjang. Biasanya anak laki-laki lebih tetarik untuk bermain dengan balok dibandingkan anak perempuan. Untuk menarik minat anak perempuan, guru biasanya menempatkan rumah boneka dengan peralatannya.
6. Pembagian Tugas Secara Bergiliran
Selain membangun rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, pembagian tugas dapat membantu anak mengenal konsep dasar matematika. Menyajikan cangkir, piring kertas dan tisue pada teman-teman sekelas saat makan kue dapat mengenalkan salah satu konsep penting dalam matematika yakni korespondensi satu-satu.
7. Permainan/Kegiatan Manipulatif
Kegiatan ini dapat membangun kemampuan motorik yang optimal yang diperlukan pada saat belajar menulis. Puzzle juga dapat digunakan untuk memperkuat kemampuan mengenal ruang. Kegiatan sederhna seperti menghitung kancing atau manik-manik bisa membantu mengembangkan kemampuan awal dalam matematika. Memancangkan tongkat dan merangkai manik-manik juga merupakan bagian penting untuk persiapan belajar menulis karena melatih koordinasi tangan.
8. Meja Air dan Meja Pasir
Disamping menyukai kedua material ini, anak juga dapat mengeksplorasi hal-hal yang berkaitan dengan kedua material ini seperti; volume, luas, berat, dan tekanan. Walau anak usia 3-4 tahun belum bisa memahami konsep-konsep tersebut dengan sempurna tapi pengalaman saat prasekolah dapat mereka kembangkan saat beranjak dewasa.
9. Kegiatan Fisik Setiap Hari
Walaupun anak bisa bermain di luar saat cuaca baik, tapi sekolah tetap harus mempunyai ruangan khusus yang dilengkapi peralatan seperti matras, alat panjat, sepeda roda tiga dan mainan lain agar anak dapat bermain secara aktif. Me-lakukan permainan fisik akan membantu anak usia 3-4 tahun agar bisa melatih koordinasi mereka yang masih berkembang.
10. Secara Berkala Dikenalkan Material Baru
Setiap kelas harus memiliki ”meja pertemuan” untuk memamerkan sesuatu yang ditemukan seperti daun-daun yang berguguran atau gelas yang berisi pasir pantai. Benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai bahan diskusi yang mendalam seperti; daun-daun dapat mengawali sebuah diskusi tentang jenis-jenis tanaman yang beraneka ragam. Diskusi tersebut mungkin akan memberi inspirasi pada anak untuk menanam pohon sehingga mereka bisa mengamati pertumbuhan tanaman.
Dengan kegiatan ini, anak diharapkan dapat menghargai mahluk hidup di lingkungannya.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home