”BIDIK”, Jurus Menghadapi Cemburu
Oleh Drs. Sukmana
(Guru Pembimbing SMUN 10 Bandung)
APAKAH Anda pernah merasa cemburu? Tentunya pernah, bukan? Rasa cemburu merupakan hal biasa dan manusiawi. Setiap orang -- pada suatu saat -- pasti pernah mengalami rasa cemburu. Cemburu berkaitan dengan orang lain, misalnya dalam hubungan muda-mudi (pacaran), suami istri dan lain-lain.
Ada orang yang mengatakan bahwa cemburu itu tandanya cinta. Orang yang sedang dilanda cemburu merasa khawatir dan takut kehilangan pasangannya. Misalnya, suami takut kehilangan istrinya atau sebaliknya ataupun takut kehilangan kekasihnya.
Dengan adanya rasa cemburu, sebenarnya dapat dijadikan kesempatan untuk introspeksi diri. Mengapa timbul rasa cemburu? Rasa cemburu terjadi bisa saja disebabkan oleh kurang percaya diri. Keyakinan diri goyah terhadap orang yang dicemburui. Pada diri, ada rasa curiga, kalau-kalau pasangannya melakukan sesuatu yang tidak diharapkan. Misalnya, seorang istri merasa cemburu kalau suaminya pulang terlambat. Saking cemburunya, maka jadilah cemburu buta. Cemburu yang tanpa pertimbangan akal sehat.
Hal lain yang menyebabkan datangnya rasa cemburu yaitu kurang mendekatkan diri pada Allah SWT. Sebagaimana kita maklumi bahwa segala sesuatu bukan milik manusia. Manusia hanya diberi amanat oleh Allah karena yang memiliki segalanya adalah Allah, Yang Maha Penguasa.
Dalam hal ini kita seyogianya merasa cemburu yang wajar. Artinya, cemburu sebagai tanda waspada dan hati-hari terhadap suatu peristiwa. Jangan sampai cemburu membabi buta yang penuh dengan emosi.
Apabila Anda sedang dilanda cemburu, hadapilah dengan jurus "BIDIK" sehingga cemburu membawa hikmah. Yang dimaksud dengan "BIDIK" ini, yaitu:
B. Berpikir positif. Menghadapi rasa cemburu bukan dengan amarah. Akan tetapi, hal itu harus dihadapi dengan hati yang tenang dan pikiran positif (sehat). Sebelum menuduh hal-hal yang jelek atau negatif terhadap pasangan, seyogianya berprasangka baik. Dengan berpikiran positif, kita dapat mempertimbangkannya secara matang berdasarkan informasi yang jelas, lengkap, dan akurat. Setelah itu, barulah mengambil keputusan untuk dilaksanakan kemudian.
I. Ingat kepada Allah SWT. Manusia tidak memunyai daya dan kekuatan tanpa pertolongan Allah SWT. Untuk itu, kita harus senantiasa ingat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bisa dengan melakukan dzikir. Doa kekuatan zikir merupakan kekuatan cahaya. Dengan cahaya yang terang benderang, segala sesuatu jadi jelas. Selain itu, mintalah kepada Allah agar diberi kekuatan untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Apakah untuk kebaikan diri sendiri maupun untuk orang lain.
D. Dasari dengan cek dan ricek. Cemburu bukan suatu yang mutlak atau pasti kebenarannya. Cemburu secara umum, baru sampai tahap curiga. Oleh sebab itu, seandainya ada rasa cemburu, jangan bertindak hantam kromo, bertindak tanpa pikir panjang. Dalam hal ini kita harus cek dan ricek. Kumpulkan keterangan dari berbagai sumber atau pihak yang kebenarannya dapat dipercaya (dipertanggungjawabkan). Dengan adanya cek dan ricek ini, dapat terhindar dari salah sangka.
I. Isi dengan kegiatan yang positif. Untuk menetralkan dan mengimbangi rasa cemburu yang menggebu-gebu, diperlukan kegiatan-kegiatan yang positif. Dengan diisi oleh kegiatan positif, pikiran tidak terlalu dibebani oleh hal-hal yang negatif. Kegiatan positif yang dapat dilakukan, dengan membaca buku, mengikuti pengajian, dan lain-lain.
Membaca buku dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, mengurangi kesedihan (sebagai hiburan), dan dapat merangsang timbulnya ide atau gagasan. Dengan demikian, seorang pencemburu tidak kecil hati, sempit pandangan dan kasar, berkat rajin membaca. Selain itu, melalui pengajian yang diikuti, kita dapat bersosialisasi secara sehat dengan teman sepengajian. Dan, dengan pengajian, pengetahuan agama (khususnya) dapat bertambah dan hati jadi tenang dan tindakan jadi terarah. Singkatnya, dengan ilmu, hidup jadi mudah. Dengan agama, hidup jadi terarah.
K. Komunikasi yang harmonis. Manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa lepas dari manusia lainnya. Setiap saat manusia memerlukan bantuan atau pertolongan dari orang lain. Dalam arti kata, manusia tidak akan hidup tanpa manusia lainnya.
Begitu juga dalam menghadapi rasa cemburu diperlukan kehadiran orang lain. Di sini diperlukan komunikasi yang harmonis dengan orang lain (pasangan yang dicemburui). Keterbukaan dari kedua belah pihak harus dilakukan sehingga masalahnya jelas. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Karena itu keterbukaan merupakan awal dari kesembuhan. Apabila hati merasa tertekan, itulah saatnya untuk bicara!
Dengan menggunakan "BIDIK", diharapkan dapat menghadapi rasa cemburu secara bijaksana dan pertimbangan yang matang sehingga pada akhirnya rasa cemburu tidak membawa malapetaka, tetapi dapat membawa hikmah untuk lebih introspeksi diri dan memperbaiki diri.
(Sumber: Pikiran Rakyat).***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home