Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, October 06, 2002

Pranajiwa, Tanaman ”Penyelamat” Jiwa : Bisa Tingkatkan Gairah Seks

Oleh Eko Pramudi
(alumnus Fak. Pertanian Unpad, tengah menyelesaikan pendidikan S-II)
Dimuat di Pikiran Rakyat, 6 Oktober 2002


ENTAH mengapa, tanaman obat berpenampilan serba langsing ini dinamakan pranajiwa. Hingga kini, tak ada catatan sejarah yang bisa menjelaskan asal mula nama itu. Yang pasti, khasiat dan "kesaktian" tumbuhan obat multiguna ini sangat populer di kalangan peracik obat-obatan.
Pranajiwa --dalam bahasa Latinnya Euchresta horsfieldii-- adalah tumbuhan perdu tegak dengan tinggi 0,5 m-1,5 m. Sekilas, bentuk daun anggita keluarga Leguminosae ini mirip daun melinjo. Pranajiwa terdapat di Pegunungan Himalaya, Filipina, dan Indonesia. Biasanya, tanaman padat manfaat ini bisa kita jumpai di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 m - 2.000 m dpl.
Susunan daun pranajiwa berselang-seling dengan tangkai yang panjang. Setiap tangkai terdiri dari 3-5 anak daun berwarna hijau mengkilat. Panjang daunnya sekira 10 - 15 cm dengan pangkal membulat dan ujung lancip. Sedangkan tangkai bunganya, bersembulan dari ketiak-ketiak daun, tersusun bertandan dalam jumlah banyak. Ukuran bunga-bunga putih ini cukup mungil, sekira 1,25 cm.
Buah pranajiwa yang mirip polong ini, berbentuk lonjong dengan panjang 1-2 cm. Pada waktu muda, polong berwarna cokelat dan berubah hitam keunguan setelah matang. Umumnya, dalam satu polong, terdapat satu biji yang besar. Rasanya? Sangat pahit!

Pranajiwa palsu
Menurut K. Heyne dalam Tumbuhan Gerguna Indonesia, nama pranajiwa digunakan pula untuk biji kuncila (sterculia javanica). Memang, bentuk biji tumbuhan itu sangat mirip dengan biji pranajiwa E. horsficldii. Banyak orang percaya bahwa keduanya memiliki kesamaan varietas dan khasiat. Padahal, itu tidak benar dan kurcila sama sekali tidak memiliki efektivitas pengobatan seperti pranajiwa yang asli.
Karena kemiripan itu jugalah, biji pranajiwa sering dipalsukan. Untuk membedakannya sebenarnya sangat mudah. Gigit saja. Kalau pahit, itulah biji pranajiwa yang asli. Sebaliknya, pranajiwa "palsu" tidak pahit sama sekali. Biji pranajiwa mengandung alkaloida cytisine yang bersifat dekongestan, yakni bisa melegakan pernapasan yang tersumbat. Misalnya pada penyakit asma, batuk darah, batuk kering maupun gangguan rongga dada lainnya.
Kegunaan lainnya, bisa dimanfaatkan sebagai tonikum. Pasalnya, biji tanaman ini bersifat alfrodisiakum, yakni mampu meletupkan gairah seks.
Sedangkan di Filipina, akar pranajiwa biasa dipergunakan untuk menyembuhkan orang yang terkena bisa ular. Bahkan, di negerinya Macapagal Arroyo ini, pranajiwa dipercaya bisa "menyelamatkan" korban gigitan ular yang sudah kritis dan jiwanya hampir melayang.
Pemanfaatan pranajiwa harus hati-hati. Karena, jika digunakan secara berlebihan, bisa meniimbulkan mual dan muntah-muntah. Tapi, justru karena efek muntah-muntah inilah, orang Jawa sering memanfaatkannya untuk pengobatan keracunan makanan. Caranya, dengan meminum seduhan bubuk biji pranajiwa sampai seluruh isi perut (zat racunnya) keluar.

Mekanisme pengobatan
Untuk meningkatkan gairah seks dan mengobati asma, biji pranajiwa dikunyah, ditelan atau ditumbuk, kemudian diminum bersama susu. Dosisnya mula-mula setengah - 1 butir tiap hari, lalu secara bertahap meningkat menjadi 6 butir.
Untuk mengobati batuk darah, digunakan ramuan yang terdiri dari biji pranajiwa 5 gram, daun waru dipotong kecil-kecil 15 gram, daun legundil muda 5 gram, bidara upas 25 gram, akar dan daun kaki kuda 15 gram, dan parutan kencur 20 gram. Semua bahan ini direbus dengan air 500 cc dan diminum 3 kali sehari.
Sedangkan sebagai penawar bisa ular, akar pranajiwa dikunyah, kemudian airnya ditelan dan ampas kunyahannya ditempelkan pada luka gigitan. Berani mencoba?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home