Kliping Pengetahuan Umum

Weblog berisi kliping artikel pengetahuan umum yang bermanfaat. Seperti Kesehatan, Makanan, Pendidikan Anak, Pengobatan, Psikologi Populer, Hobi dan lain-lain.

Sunday, November 03, 2002

Kapan Gigi Susu Mesti Dicabut?

Oleh drg. Gandung Perkasa A.

GIGI susu atau gigi sulung, yang oleh awam lebih dikenal sebagai gigi anak-anak, keberadaannya sering dianggap sepele dengan asumsi kalau ada apa-apa toh masih ada pengantinya. Bahkan, orang tua sering mempunyai persepsi yang keliru, datang ke dokter gigi meminta gigi anaknya untuk segera dicabut karena kondisinya yang berantakan atau karies di banyak permukaan gigi.
Memang, gigi susu kelak pada saatnya akan diganti dengan gigi tetap. Namun, ini bukan berarti begitu ada kerusakan lalu satu-satunya alternatif harus dicabut. Gigi susu mempunyai ”jatah waktu” tertentu untuk tanggal sehingga keberadaannya harus dipertahankan sampai tiba saatnya untuk tanggal. Meskipun kerusakannya sudah parah, dokter gigi masih akan berusaha mempertahankan. Bahkan, bila memungkinkan, akan dilakukan perawatan seperti aplikasi fluor ataupun penambalan. Bila dokter gigi tidak mengabulkan permintaan orang tua untuk mencabut gigi anaknya meskipun kondisinya dianggap sudah sedemikian parah, itu karena memang ada pertimbangan tertentu sehingga belum diindikasikan untuk dicabut.

Fungsi istimewa
Gigi susu mempunyai fungsi istimewa yang tidak dimiliki gigi tetap. Sama halnya dengan gigi tetap, gigi susu secara umum berfungsi membantu proses pencernaan, pengucapan, dan estetika. Di samping itu, fungsi istimewa yang tidak dimiliki oleh gigi tetap adalah sebagai petunjuk gigi tetap agar kelak tumbuh (erupsi) pada tempatnya dan menjaga pertumbuhan lengkung rahang.
Bila gigi susu tanggal sebelum saatnya, baik karena karies ataupun dicabut, gigi tetap yang akan tumbuh tidak mempunyai petunjuk sehingga sering salah arah dan rahang yang ditinggal gigi susu jauh sebelum saatnya. Ini akan mengalami penyempitan sehingga tidak cukup untuk menampung semua gigi dalam susunan yang teratur. Akibatnya, susunan gigi-geligi menjadi crowded (tidak beraturan).

Periode pertumbuhan gigi
Orang tua yang mengetahui periode pertumbuhan gigi-geligi — baik gigi susu maupun gigi tetap — akan sangat membantu. Bukan hanya dalam segi perawatan dalam menjaga kebersihannya, tetapi juga mencegah agar anak-anak tidak melakukan kebiasaan buruk misalnya mengisap jempol yang bisa mengakibatkan gigi depan maju (tonggos=Sunda), menggigit pensil atau benda lain yang bisa mengikis email atau timbulnya celah gigi (distema).
Gigi susu yang tumbuh pertama kali adalah gigi seri tengah rahang bawah. Biasanya tumbuh saat bayi berusia sekira enam bulan. Hal ini sering ditandai dengan gejala bayi sering rewel, bahkan badannya disertai panas. Gusinya terasa gatal sehingga ingin menggigit setiap benda yang dipegang. Untuk mengatasinya, bayi tersebut bisa diberi mainan yang lunak dan dijauhkan dari benda-benda yang membahayakan keselamatannya.
Gigi susu diharapkan sudah tumbuh lengkap saat anak berusia dua tahun. Namun, usia yang tercantum dalam tabel tersebut hanyalah sebagai patokan perkiraan. Kadang-kadang, ada bayi yang usianya belum genap enam bulan giginya sudah mulai tumbuh, sedangkan yang lain sudah menginjak satu tahun giginya belum tumbuh sama sekali. Kondisi ini tidak perlu dirisaukan karena ada pengaruh beberapa faktor misalnya nutrisi, hormonal, ataupun keturunan.
Gigi susu bila tumbuh lengkap berjumlah dua puluh gigi yang macamnya terdiri dari gigi seri, taring, dan geraham. Gigi geraham pada gigi susu hanya satu macam, sedangkan pada gigi tetap terdapat dua macam sehingga dibedakan menjadi gigi geraham besar dan gigi geraham kecil.
Gigi tetap bila tumbuh semua (termasuk gigi bungsu/geraham ketiga/terakhir) berjumlah 32 gigi. Jumlah yang lebih besar ini disebabkan pada gigi tetap dijumpai gigi geraham kecil dan gigi geraham besar ketiga (gigi bungsu).
Saat gigi susu tanggal, biasanya bersamaan dengan saat gigi tetap tumbuh, tetapi ada pengecualian pada gigi geraham besar. Patut digarisbawahi bahwa gigi geraham besar pertama mulai tumbuh pada umur enam sampai tujuh tahun. Gigi geraham ini bukan gigi pengganti. Artinya, gigi ini langsung muncul pada deretan di belakang gigi-gigi susu, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Jadi, gigi ini (dan juga gigi geraham besar lainnya) tumbuh tidak menggantikan gigi susu, sedangkan gigi lainnya, geraham kecil, taring, dan seri akan tumbuh menggantikan gigi pendahulunya (gigi susu).
**
BANYAK kasus menunjukkan bahwa orang tua sering kecolongan karena tidak mengetahui gigi putra-putrinya sudah rusak parah. Padahal, gigi yang bersangkutan merupakan gigi tetap. Selain itu, letak gigi-geligi secara keseluruhan tidak beraturan sehingga mengganggu bukan hanya secara estetika, tetapi juga fungsinya.
Sebagai patokan utama, ketika anak mulai masuk TK, anak perlu lebih diperhatikan secara intensif. Usia 5,5-11 tahun adalah periode gigi campur. Gigi kelihatan tidak beraturan karena berada pada masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya gigi tetap. Usia ini dianggap rawan dan penentu. Kelainan gigi-geligi bisa terdeteksi saat ini yang juga merupakan saat yang tepat untuk mengoreksinya.
Sesungguhnya, hal ini tidak perlu dikhawatirkan sejauh rahang cukup menampung semua gigi yang tumbuh. Bila ada gigi yang ”nakal” tumbuhnya, biasanya masih bisa ditangani tanpa perlu bantuan alat. Si anak dianjurkan untuk mengembalikan posisi gigi ke posisi gigi semula dengan bantuan lidahnya.
Namun, bila posisi gigi mengganggu sedemikian rupa, baik untuk fungsi maupun estetika secara ”serius”, inilah saat yang tepat untuk mengaturnya dengan perawatan pengawatan (orthodonti). Seusia anak-anak masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan secara maksimal mengingat tulang anak-anak masih dalam periode pertumbuhan sehingga masih bisa dibentuk dan diarahkan. Dengan demkian, kemungkinan keberhasilannya lebih besar.

Kapan mesti dicabut?
Anak-anak belum mampu merawat gigi-geliginya secara maksimal dan tentunya peran orang tua sangat menentukan. Begitu gigi susu menunjukkan gejala mulai tumbuh, saat itu juga harus mulai diperhatikan.
Ketika gigi susu telah tumbuh dan sementara si anak masih minum ASI ataupun susu botol, jangan lupa untuk membersihkan giginya dengan cara mengusapnya dengan kain atau tisu yang telah dibasahi air ketika dia akan tidur. Email gigi susu lebih tipis dibandingkan gigi tetap karena itu tidak mengherankan bila gigi anak-anak sangat mudah mengalami karies. Apabila membiarkan mereka tertidur dalam keadaan rongga mulut terdapat sisa-sisa susu atau makanan, hal ini akan ikut memperparah keadaan.
Anak-anak harus dibiasakan menyikat giginya secara benar dan teratur sejak dini. Selain itu, akan sangat bijaksana jika mulai mengenalkannya dengan dokter gigi meskipun tidak mengalami kerusakan atau kelainan apa-apa. Bahkan, kedatangannya pertama kali tidak diapa-apakan, suasana keramahtamahan akan membuatnya bersahabat dengan dokter gigi, dan segala ”pernik-perniknya”. Hal ini akan membuat si anak merasa ”nyaman” sehingga kelak tidak mengalami kesulitan bila harus melakukan perawatan. Kesan trauma bisa timbul bila anak dibawa ke dokter gigi dalam kondisi ”kesakitan” serta dipaksa melakukan perawatan yang justru akan membuatnya kapok.
Gigi susu harus dicabut bila sudah terjadi resorbsi akar gigi susu oleh gigi tetap di bawahnya yang akan tumbuh. Biasanya ditandai dengan kegoyahan gigi. Pencabutan akan memberi kesempatan gigi tetap tersebut tumbuh dengan leluasa.
Namun, meskipun gigi susu belum goyah sama sekali bahkan masih kuat tertanam, sementara gigi tetap telah terlihat mulai tumbuh, gigi susu tersebut juga harus segera dicabut. Kondisi seperti ini disebut presistensi (kesundulan). Keterlambatan pencabutan mengakibatkan gigi akan tetap terhambat pertumbuhannya. Sama halnya dengan pencabutan yang belum saatnya, kondisi ini juga bisa mengakibatkan gigi-geligi susunannya tidak beraturan.
Sering dijumpai, gigi taring tetap atas seseorang, tumbuh tidak pada tempatnya (gingsul=Jawa). Kondisi ini kadang bisa mempermanis penampilan seseorang. Namun, bila letaknya sedemikian rupa sehingga mengganggu penampilan, hal ini akan menimbulkan rasa risih.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa hal tersebut ternyata diakibatkan yang bersangkutan masih menyimpan gigi taring-gigi susu di bawahnya. Hal ini bisa terjadi karena bagi orang awam kadang tidak bisa membedakan secara pasti antara gigi susu dan gigi tetap karena tidak mengalami kegoyahan dan dianggap gigi tetap sehingga ”disimpan” lalu menghalangi gigi taring yang akan tumbuh. Dengan demikian, akan sangat membantu bila orang tua bisa membedakan gigi susu dengan gigi tetap. Secara sepintas, gigi susu bisa dibedakan dengan gigi tetap karena warnanya lebih putih, bentuknya lebih kecil, dan permukaannya cenderung menguncup. (Sumber: Pikiran Rakyat)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home