Sejarah Dibuat dan Digunakannya Parfum
Oleh Arsilis
WALAUPUN parfum dibuat dengan peralatan yang modern dan penyulingan yang panjang, tapi tetap punya tujuan inti yang sama, yaitu sarana identitas manusia. Sebab, parfum langsung atau terselubung, bisa memberikan nilai tambah dalam citra sebagai manusia yang lebih —lebih baik, lebih indah, lebih segar, serta lebih bugar.
Pada zaman Ratu Heteferes, parfum telah populer di Mesir. Belum lama ini muncul parfum yang ditutup vas/pot di samping makam sang ratu itu. Sifat dan aromanya ternyata belum hilang total karena mungkin sengaja dibuat sampai punya kemampuan menguap yang lambat/irit, sekaligus kemampuan bereaksi secara kecil. Kini, oleh penguasa Mesir, parfum itu telah dianggap ”benda budaya” serta disimpan atau dilestarikan di Museum Nasional di Kairo.
Popularitas parfum cukup semarak pada masa Raja Babilonia. Saat itu, masyarakat bisa menikmati serta memilikinya sepuas/sesuka mungkin, jadi tanpa batas. Yang penting ada uang. Hampir tiada yang cuek dengan parfum. Sementara produktivitas parfum berkembang pesat/drastis sampai penguasa Mesir mengajak kerja sama dengan penguasa Romawi/Yunani yang memang piawai dalam mengembangkan/merekayasa parfum. Sejak itu, jenis parfum makin banyak. Artinya, tiap permukaan tubuh punya parfum yang khusus. Ini menjadikan Babilonia sebagai produsen kuat, sekaligus pengekspor parfum tenar.
Parfum tertua masih dalam bentuk ”balsem” yang sering dipakai untuk upacara kerajaan, pengawetan jenazah, dan terapi kejiwaan di jazirah Arab. Benda itu berada dalam kendi yang mungil dari tanah liat dan dibungkus dengan daun palem untuk menstabilkan aroma. Untuk jenis tertentu, tiap orang tak bisa memiliki, menyimpan atau memakainya. Kadang-kadang kalau ketahuan ada yang melanggar, langsung dihukum/kena sanksi karena dianggap melintasi pamor serta wibawa istana.
Manghubungkan parfum dengan aktivitas seksual telah muncul pada bangsa Yunani/Romawi. Kalau ada pesta nikah, parfum termasuk tren dalam upeti atau hadiah. Sampai kadang-kadang timbul pemeo tentang wanita yang membeli parfum hanya untuk mempertahankan cinta dan melampiaskan birahi.
Parfum dengan alkohol mulai muncul pada abad ke-14, yaitu ketika masa penguasa Hongaria, Ratu Elizabeth, melalui penyulingan air tawar. Karena itu, apa yang dinamakan parfum dengan alkohol, sering dianggap sebagai air Hongaria.
Pada abad ke-16, Catherine de Medici memperkenalkan parfum secara revolusioner sehingga dalam waktu singkat, Prancis mampu jadi produsen/pengekspor parfum yang disegani, bahkan diangap sebagai pusat parfum. Di samping karena kemauan penguasa menggalakkan parfum, juga karena iklim Prancis yang memang cocok buat ditanami bahan pembuatan parfum, seperti bunga.
Pada abad ke-19, teknologi dan rekayasa pembuatan parfum telah melalui laboratorium, sekaligus dari hasil aneka eksperimen. Oleh karena itu, banyak jenis parfum yang merupakan kombinasi berbagai bahan dengan aneka perbandingan dan penonjolan. Boleh dikatakan, punya keunikan dan kerumitan yang menyerupai pembuatan obat dalam dunia farmasi.
Kebetulan pada abad ke-19, Prancis menjajah berbagai negara di Asia/Afrika sehingga bisa membawa bahan parfum yang tak terdapat atau bisa ditanam di Prancis. Setelah diproduksi, kemudian diekspor ke Asia/Afrika, termasuk negara-negara yang dijajah.
Sedangkan pada abad ke-20, Prancis tak lagi mendominasi parfum. Italia, Jerman, serta Inggris misalnya, tak ingin ketinggalan dalam industri parfum dengan kualitas/kuantitas bersaing.
**
BAHAN parfum dari tumbuh-tumbuhan cukup banyak. Daun-daunan, akar-akaran, biji-bijian, dan bunga-bungaan misalnya, bisa dijadikan bahan parfum. Yang penting punya kemampuan mengolah, mengombinasikan, menakar, serta mengsintesanya melalui proses yang panjang sampai menjadi parfum yang memberi kesan modern. Dari minyak ada juga. Misalnya minyak kayu mawar dari Brazil, minyak cengkih dari Zanzibar dan minyak Lavender dari Prancis.
Kini harga parfum makin bervariasi, dari yang paling murah sampai yang tak kepalang tanggung mahalnya. Sampai ada parfum yang tiap 10 cc dalam bentuk uap ditawarkan USD 0,5. Jadi bisa dibayangkan, berapa harga buat 1 botol? Akan tetapi, bagi yang fanatik dengan parum, itu tak jadi persoalan. Yang penting bagi mereka, bisa memakai parfum yang terbaik serta terampuh, terutama untuk mengisi acara yang menurut mereka, juga terbaik serta termegah.
Kini parfum tak mengandung satuan macam bahan, tapi telah ratusan. Mengapa banyak sekali? Supaya terbentuk parfum yang unik alias ”lain dari yang lain”. Di samping itu, mungkin untuk menghindari peniruan yang kini makin memperlihatkan kecanggihan, baik penakarannya maupun pengolahannya. Ini terutama terhadap parfum yang termasuk kategori best seller secara internasional.
Guna menyesuaikan penciuman masyarakat di tempat parfum itu dipasarkan, ditambahkan bahan tertentu dengan persentase tertentu, sampai tercipta keharmonisan antara penciuman dan ketajaman aroma. Jadi benar, parfum timbul akibat penolakan atau kealergian indera penciuman terhadap bau. Hati nurani manusia cenderung mendambakan supaya bau bisa segera dinetralkan dengan harum. Jika bisa, ya, mengarah pada suasana yang menyenangkan.
Jadi, sejak peradaban diciptakan, manusia telah memikirkan penciuman. Ini sebagai konsekuensi bahwa mereka tiap hari dihadapkan pada dua jenis penciuman yang berlawanan, bau (negatif) dan harum (positif). Supaya yang positif selalu mendekati dan yang negatif selalu menjauhi, mereka mencari alternatif supaya yang pertama selalu mampu menyingkirkan yang terakhir melalui sarana yang telah dikenal, yaitu parfum. ()***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home